Jumat, 15 Agustus 2014

[TPG] Menerapkan prosedur penggunaan peralatan pendukung selama pengambilan gambar

ALAT BANTU PENGAMBILAN GAMBAR
a. Filter
Sesuai dengan namanya alat ini cara kerjanya sama seperti filter pada umumnya yaitu sebagai penyaring, jika di dalam rokok berguna menyaring asap tapi disini filter berfungsi menyaring cahaya yang masuk sehingga menimbulkan efek-efek yang kita inginkan. Penggunaannya dengan cara dipasang  diujung  lensa. Bentuk filter ada  dua  yaitu square (kotak) dan circle (bulat). Jika menggunakan filter square, kita harus menambahkan ring khusus  di depan lensa. Untuk penggunaan filter yang bentuknya bulat, kita harus memperhatikan diameter dari lensa kamera yang kita gunakan.  Macam – macam filter dan kegunaannya antara lain :
a.       filter PL, memekatkan warna dan menghilangkan refleksi
b.      filter UV, mengurangi sinar ultra violet.
c.       filter ND (natural density), mengurangi contrast.
d.      filter warna, memberi efek warna.
e.       filter soft, melembutkan objek.
f.       filter diffuser, hampir sama dengan filter soft, tapi lebih halus.
g.      filter cross, memberi efek cross/silang pada sumber cahaya.
h.      filter multi image, memberi efek multi image.
i.        filter multi expose, digunakan dalam pemotretan multi expose.
j.        filter gradasi, memberi efek gradasi warna
b. Tudung Lensa
Alat yang dipasang pada lensa ini berfungsi menghilangkan cahaya/sinar yang tidak diinginkan masuk kedalam lensa karena cahaya tersebut biasanya dapat menyebabkan flare pada hasil pemotretan. Flare dapat merusak hasil foto karena menurunkan kontras dan mengurangi saturasi warna.  Alat ini sangat berguna terutama pada pemotretan yang berhadapan langsung dengan arah datangnya cahaya.
c. Tripod
Tripod atau biasa disebut kaki tiga berfungsi sebagai peyangga kamera saat pemotretan agar kamera tidak mengalami guncangan (shaking). Biasanya digunakan pada pemotretan yang menggunakan kecepatan (speed ) rendah/lambat dan untuk menopang lensa-lensa panjang.
d. Monopod
Mempunyai fungsi yang sama dengan tripod tetapi hanya bentuknya yang berbeda yaitu hanya satu kaki sehingga lebih praktis.
e. Kabel Release
Bentuknya hampir seperti injeksi yang lentur berfungsi untuk menghindari goncangan saat shutterditekan karena saat memakai alat ini kita tidak perlu menekan shutter secara langsung. Penggunaannya dipasang pada soket kabel release yang biasanya terdapat pada tombol shutter. Biasanya ini soulmate-nya tripod dan biar penggunaan tripod lebih afdol.
f. Background
Kain atau latar belakang yang digunakan untuk pemotretan studio dengan berbagai macam gambar, pola dan warna.
g. Stand Background
Alat penyangga background, dan dalam penggunaannya paling tidak ada 2 stand. Alat ini bisa dinaik – turunkan sesuai kebutuhan.

ALAT BANTU PENCAHAYAAN
a.       Flash atau Blitz
Diperlukan dalam pemotretan apabila cahaya yang ada dirasa kurang/ minim, misalnya pemotretan pada malam hari. Meskipun demikian, tidak diharamkan bagi kita untuk menggunakan flash pada siang hari, saat cahaya yang ada sudah cukup banyak/terang. Penggunaan flash pada siang hari biasanya untuk fill in. Sumber tenaga flash berasal dari baterai. Flash dapat digunakan sesuai dengan kekuatannya, jaraknya, hingga fasilitas lebih yang dimilikinya.
b.      Slave Unit
Dapat disebut sebagai alat sensor. Cara kerja slave unit adalah menangkap cahaya dari main light(sumber cahaya utama) untuk kemudian menyalakan sumber cahaya lainnya yang terhubung dengan slave unit tersebut.
c.       Sincro Cable/Kabel Sinkro
Kabel yang digunakan untuk membantu menyalakan flash tambahan atau sumber cahaya pemotretan yang lain. Cara penggunaan kabel sinkro yaitu dengan cara menghubungkannya dari sumber cahaya tambahan ke body kamera.
d.      Holder atau Braket
Alat ini digunakan jika kita merasa perlu menggunakan flash tambahan. Holder berfungsi sebagai penyangga flash tambahan dan slave unit. Penggunaannya dengan cara dipasang pada body kamera.
e.       Strobo atau Strobe
Alat ini hampir mirip dengan flash, tapi bentuknya lebih besar dan cahaya yang dihasilkan juga lebih besar. Strobo dapat menyimpan cahaya dengan sumber tenaga yang berasal dari tenaga listrik AC atau baterai kering. Strobo memiliki sensor yang dapat menangkap main light sumber cahaya utama. Jadi strobo akan menyala secara otomatis ketika ada main light yang dinyalakan.  Jika tidak menggunakan main light, strobo dapat diaktifkan dengan cara menghubungkan kabel sinkro langsung dari strobo ke kamera. Ukuran kekuatan cahaya yang dihasilkan strobo dapat kita atur sesuai selera kita. Alat ini lebih banyak digunakan untuk pemotretan studio/indoor.
f.       AC Slave
Hampir mirip dengan strobo cara kerja dan penggunaannya. Tetapi sifat arah cahaya dari AC Slave lebih melebar atau menyebar ke segala arah.
g.      Snoot
Alat ini berfungsi mengarahkan cahaya pada satu titik agar tidak menyebar/terpusat. Bentuk snoot menyerupai corong dan juga lebih banyak digunakan untuk pemotretan studio/indoor. Biasanya juga digunakan untuk pemotretan double dan multi expose.
h.      Payung Reflektor
Sifat cahaya yang dihasilkan lebih luas sehingga bayangan dan cahaya keseluruhan menjadi lebih lembut. Payung reflektor memiliki bermacam-macam warna. Warna standardnya putih, tapi ada juga yang berwarna perak (menghasilkan cahaya yang lebih kuat) dan emas(menghasilkan cahaya yang hangat) . Sumber cahaya alat ini berasal dari strobo.
i.        Reflektor
Digunakan untuk memberi cahaya tambahan yang merupakan pantulan cahaya dari main light. Biasanya berbentuk bundar dan kotak. Pada umumnya memiliki 3 warna yaitu putih, perak dan emas. Kita juga dapat menggunakan sehelai  kain putih, styrofoam dan kertas mengkilap sebagai reflektor yang berguna pada saat pemotretan.
j.        Soft Box
Sebuah kotak yang terbuat dari kain dengan kedudukan atau rangka yang berbentuk seperti pyramid. Cahaya yang dihasilkan softbox lebih lembut daripada cahaya yang dihasilkan payung reflektor maupun reflektor. Softbox memiliki bermacam-macam ukuran(semakin besar ukurannya semakin lembut cahaya yang dihasilkan). Sumber cahaya Soft Box juga berasal dari strobo.
k.      Barndoors
Berbentuk segi empat dan bewarna gelap. Biasanya dipasang pada soft box. Kegunaan dari barndoors adalah untuk mengarahkan cahaya yang keluar dari sumber cahaya.
l.        Honeycomb/Sarang Tawon
Alat ini sejenis dengan filter dan bentuknya bundar seperti sarang tawon, tapi dipasang pada lampu/sumber cahaya. Berfungsi untuk menghaluskan cahaya yang jatuh ke arah obyek..
m.    Light Stand
Alat yang digunakan untuk menyangga lampu studio.
n.      Flash Meter
Berfungsi sebagai pengukur kekuatan sumber cahaya dalam pemotretan indoor atau outdoor. Alat ini lebih akurat daripada light meter yang ada pada kamera.
o.      Infrared Sender
Mengirimkan sinar infrared untuk memancing nyala flash atau lampu studio
p.      Trigger
Menyalakan flash/lampu studio dengan gelombang elektro


ALAT PENYIMPANAN DAN PERAWATAN PERALATAN FOTOGRAFI
1.      Dry Box
Lemari anti lembab untuk menyimpan peralatan fotografi yang sangat rentan terhadap serangan jamur terutama pada lensa. Lemari ini dilengkapi dengan lampu yang mempunyai watt rendah (biasanya 2,5 watt) agar suhu lemari tetap terjaga dan mengantisipasi kelembaban. Suhu yang dianjurkan adalah 20°C.
2.      Waterproof Bag
Tas kedap air yang berfungsi sebagai tempat sementara peralatan fotografi pada saat hunting ketika musim hujan, agar peralatan fotografi kita tidak basah.
3.      Blower Brush
Alat yang dapat mengeluarkan semburan udara untuk membersihkan debu yang menempel pada kamera.
4.      Tisu Lensa
Tisu khusus untuk membersihkan lensa.
5.      Silica Gel
Zat pengering yang digunakan untuk menangkal kelembaban


(Source : http://fotografiyuda.wordpress.com/seputar-fotografi/alat-bantu-fotografi/)

[TPG] Menerapkan Prosedur Transfer Data Video ke Media Penyimpan

1. Betacam
   Betacam merupakan format analog pengganti U-Matic dalam penggunaan video untuk penyiaran (broadcasting). Semua stasiun TV diwajibkan menggunakan format Betacam dan yang ingin memutar videonya di televisi, wajib menyerahkan dalam format Betacam. Setelah mendominasi sistem video dunia penyiaran televisi, peralatan penyiaranpun didominasi dengan label “BETACAM Support/Compatible”, mulai dari Kamera Video, Video Switcher, bahkan hingga Sistem Penyiaran RF (Radio Frekuensi).
Stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia yang muncul di tahun 1987 – 1995 berinvestasi dengan sistem Betacam dan sistem penyiaran serta teknologi video Betacam masuk ke Indonesia mulai tahun 1987 (dimulai dari TVRI).
       Betacam terus dikembangkan oleh SONY untuk mempertahankan format dari Betacam yang pernah ‘mendewa’. Apapun format video Betacam, akan tetap bertahan menggunakan jenis kaset yang sama.
Betacam terdiri dari 2 macam yaitu: Betacam digital yang berawarna biru & Betacam analog yang berwarna abu-abu.

2. DV
       DV merupakan format perekaman standar digital video yang mampu memproduksi gambar berukuran 720 x 576 (PAL) dan 720 x 480 (NTSC) dengan kemampuan penangkapan garis horizontal maksimal 576 line. Teknologi DV dikompresi dengan rasio 5:1 dan menghasilkan bitrate 25Mb/detik atau jika di transfer ke hard disk untuk diproses lebih lanjut, format DV menghabiskan 13,2Gb/jam. Dengan sistem Intraframe Compression, data yang ada pada kaset DV dapat di transfer secara digital dengan menggunakan teknologi Firewire (Applecode : IEEE/1394) atau yang biasa disebut dengan i-Link untuk membuat DV tidak kehilangan kualitas pada hambatan yang terdapat dalam kabel koneksi analog (seperti pada kabel komponen Y’CbCr/BNC). Teknologi transfer data video digital ini dibuat karena memang teknologi DV dirancang untuk diedit secara digital (Non-Linear Editing) atau editing dengan menggunakan software editing pada komputer.

3. Mini DV
      Mini DV merupakan bentuk pertama dari pengemasan format DV, yang disebut “S-Size DV”. Pita kaset Mini DV dengan kesepakatan bersama menjadi kaset standar teknologi DV. Bentuk kasetnya kecil dan ringkas. Harganya pun hanya berkisar antara Rp. 15.000 hingga Rp. 20.000 per kaset. Media Mini DV pun sanggup untuk merekam format DVCam atau DVCPRO. Jika Mini DV (rata-rata berdurasi 62 menit) direkam dengan menggunakan format DVCam atau DVCPRO, maka durasinya akan berkurang 22%, hal ini dikarenakan format DVCam maupun DVCPRO membutuhkan daya putar lebih cepat dari pada format perekaman menggunakan format DV.
      Pada teknologi digital, jenis kaset tidak menentukan kualitas gambar. Yang menentukan adalah format & cara perekaman gambar, yang meliputi cara mengkompresi gambar yang ditentukan oleh codec/compressor dan juga proses merubah energi cahaya ke dalam bentuk digital pada saat pengambilan gambar oleh processor kamera tergantung kemampuan kamera kita.


 

4. Pita Kaset Analog
      Pita Kaset Analog cukup lama berjaya sejak awal ditemukannya pita video. Video analog (berupa gelombang transfersal) adalah sebuah media yang menggunakan sinyal-sinyal analog. Sinyal-sinyal analog tersebut berisi luminance (brightness) dan chrominance (warna). Karena pita video analog membawa warna dan ketajaman, maka kualitas gambar juga ditentukan dari format pita videonya.

5. VCD
       VCD adalah kompresi MPEG-1 dengan ukuran gambar yang sangat kecil, yaitu 352 x 288 (PAL), 350 x 240 (NTSC) sebanyak 200 line.

6. DVD
       DVD-Video (Digital Versetail Disc Video) bekerja mirip dengan VCD, dimana data video ditulis dalam kepingan DVD. Ketika dibaca oleh player, baru software yang ada di dalam player menterjemahkan data tersebut sebagai data video. Hanya saja yang berbeda, video yang berformat DVD menggunakan kompresi MPEG-2 dan mampu menghasilkan gambar seukuran DV, yaitu 720 x 576 (PAL) dan 720 x 480 (NTSC) dengan jumlah garis horizontal 576 line. Bitrare pada DVD lebih fleksibel, tergantung kualitas yang diinginkan. Semakin kecil bitrate yang digunakan, semakin kecil pula file video yang dihasilkan, dan semakin banyak pula durasi video yang dapat di tampung pada satu keping DVD. Bitrate yang banyak digunakan antara lain 3000kb/detik (untuk durasi 120 menit), 6000kb/detik (90 menit) dan 9000kb/detik (60 menit).
7. HDCam
      HDCAM dapat merekam gambar dengan kompresi Uncompressed, dan beresolusi gambar 1920 x 1080 dan ini adalah awal munculnya format HD. Teknologi HDCam dan DVCPRO HD membutuhkan kecepatan transfer data sebesar 100mb/detik. Kecepatan yang sulit untuk mendapat dukungan komputer konsumen saat ini. Sehingga format ini didesain untuk proses editing linear menggunakan kabel komponen Y’CbCr. 
8. Video Home System
   Video Home System (VHS) merpuakan format video dengan lebar penampang pita 16mm yang dikeluarkan oleh pendatang video baru dari Jepang, Japan Victor Company (JVC) di tahun 1976. VHS memiliki durasi putar lebih lama (maksimal 180 menit). Sementara saat dipercepat (play-fastforward) atau dimundurkan (play-rewind), VHS dapat menghasilkan gambar yang bersih.
    Resolusi video yang dihasilkan adalah 350 x 311px, 250line.

9. Pita Kaset Video Digital
    Format Video Digital merupakan sebuah format yang menjadikan pita magnetik kaset sebagai media penyimpanan data (secara digital), bukan media penyimpanan gelombang transfersal video (seperti pada analog). Alhasil, pada kaset video digital, kualitas bukan ditentukan oleh kaset, karena kaset hanya digunakan sebagai media penyimpanan data yang memiliki kemampuan menyimpan data hingga sebesar 25Mb/detik dan kemampuan mereproduksi garis-garis horizontal sebanyak 520 lines.
    Dalam video digital ada 2 unsur yang berbeda, yaitu: Jenis Kaset Video itu sendiri (yang berupa pita magnetik biasa) dan Jenis Format Perekaman Video. Kaset hanyalah media penyimpanan.

10. HDV (High Definition Video)
        HDV adalah teknologi yang ditujukan untuk mengganti teknologi DV. HDV merupakan format dan pendatang baru yang mampu menggebrak dunia penyiaran maupun perfileman. Karena dengan niat mengganti teknologi DV, format HDV pun direkam di atas media DV (kaset DVCam & Mini DV). Di dalam kaset DV, HDV dapat direkam ke dalam 2 sistem, yaitu: PAL dan NTSC. Pada format HDV pula, perbedaan ukuran gambar di kedua sistem tidak lagi tampak. Yang tersisa adalah jumlah bingkai di setiap detiknya. PAL tetap bertahan pada 25fps (25p/50i) dan sementara NTSC pada 30fps (30p/60i).
Ukuran gambar yang dihasilkan HDV (PAL maupun NTSC) adalah 1440 x 1080 (yang kemudian akan menyesuaikan dengan ukuran HD sebenarnya 1920 x 1080).
       HDV menghasilkan bitrate yang sama dengan DV yaitu 25mb/detik, karena HDV menggunakan sistem kompresi Interframe MPEG2-GOPs dan merekam dengan mengelompokan gambar.
Pada PAL, 25fps di pepatkan menjadi 12 GOPs (Group of Pictures), sementara pada NTSC, 30 gambar dipepatkan menjadi 15 GOPs. GOPs merupakan teknologi baru pada video digital yang dapat mengelompokkan beberapa gambar dalam satu kelompok gambar pada saat penyimpanan yang kemudian akan dipisahkan kembali ketika frame tersebut dibaca atau di playback.

       Dalam siaran HDV, kebutuhan Color Sampling tidak lagi dibutuhkan karena siaran sudah menggunakan sistem digital, yang artinya kualitas tidak akan turun pada kabel koneksi dan gelombang siaran mereka, karena koneksi gambar dan gelombang siaran sudah menyiarkan gelombang digital berupa data-data biner dan ketika ditangkap oleh pesawat televisi konsumen gelombang digital tersebut langsung di proyeksikan oleh televisi HD yang biasa berupa televisi LCD (Liquid Crystal Device) atau plasma TV.


[TPG] Membuat Film Pendek

Membuat film, terutama film pendek, saat ini sangat mudah tepatnya dimudahkan. Salah satunya
adalah karena kecanggihan teknologi yang sudah mendukung para pembuat film, baik untuk
profesional maupun para pehobi. Beragam kamera video digital memudahkan para pengguna. Ini
bukan perihal teknologi saja, tapi ada tahapan membuat film yang dipangkas oleh si filmmaker. Selain
mudah, membuat film pendek menjadi murah. Namun sesimpel apapun film yang akan kita buat, ia
mesti melewati rangkaian proses yang secara sederhana terdiri atas: Ide, Desain Produksi, Pra
Produksi, Produksi, Paska Produksi, dan Publikasi.
Ide atau gagasan bukanlah segalanya. Sebagian orang bahkan tak percaya pada orisinalitas ide. Yang
paling penting bagaimana ide itu bisa diterjemahkan ke dalam film nantinya. Ide bisa darimana saja,
pengalaman pribadi, teman, atau siapa saja. Tuangkan ide cerita ke dalam bentuk tulisan. Tak mesti
panjang, yang paling penting bisa dipahami misalnya teman kita yang akan diajak bergabung dalam
pembuatan film pendek itu nantinya. Agar ide tidak mentah, selanjutnya lakukan riset. Riset diperlukan
walaupun kita akan membuat film fiksi, bukan dokumenter. Riset dilakukan dengan mencari data-data
yang diperlukan sebaai penunjang informasi berkaitan dengan ide dari film yang akan kita buat. Datadata
bisa didapat melalui internet atau dengan obeservasi langsung di lapangan.
Ketika ide sudah ada dan riset sudah dialakukan, langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis atau
ringkasan pendek cerita. Dengan sinopsis, anda sudah bisa mencari kawan untuk mewujudkan
pembuatan film. Jadi, selanjutnya sudah bisa menentukan kru! Kru film pendek tak sebanyak kru film
panjang. Jika di film panjang, paling tidak akan melibatkan paling tidak 40 orang maka di film pendek
bahkan cukup dengan 7 orang saja. Pada film pendek, beberapa pekerjaan bisa dilakukan oleh satu
orang. Penulis naskah misalnya bisa merangkap menjadi sutradara, yang paling penting masing-masing
personal memahami dan mau melakukan apa yang mesti dikerjakan sesuai job desc tersebut. Kru film
pendek bisa ditentukan atau dibuat. Ditentukan, maksudnya anda memilih orang-orang yang memiliki
kapasitas untuk membantu mewujudkan proyek film pendek itu. Sedangkan membentuk, berarti benarbenar
membuat kru dari awal.
Pra Produksi
Ini merupakan tahapan paling esensial dalam pembuatan film. Pada tahap ini blue print film dibuat.
Naskah ditulis dengan telebih dahulu membuat treatment. Dalam treatment, penulis naskah sudah
menjelaskan alur cerita dari scene satu sampai scene akhir. Scene merupakan gabungan shot di waktu
dan tempat yang sama. Jika treatment sudah selesai, berikutnya penulis akan menuliskan naskah
lengkap. Naskah lengkap inilah yang didiskusikan antara penulis naskah, sutradara dan produser.
Seringkali, sutarada dan produser memberikan masukan pada penulis naskah agar naskah bisa
dieksekusi dengan baik. Diskusi ini penting, oleh karenanya mungkin aka nada naskah draft satu, draft
dua, draft tiga, hingga naskah benar-benar disepakati. Naskah telah dikunci atau script lock, demikian
tugas penulis naskah selesai dan selanjutnya naskah menjadi “hak” sutradara untuk menjabarkan ke
dalam bentuk audio visual yang dituangkan menjadi director’s treatment. Sederhanaya, director’s
treatment itu perlakuan kreatif sutradara atas skenario. Dalam hal ini, sutradara akan berdiskusi dengan
cameraman untuk membuat shot list, hal ini untuk memudahkan sutradara dan cameraman nantinya
saat shooting.
2 Membuat film pendek
Produser sudah bisa membuat time schedule, kapan casting mesti dilakukan hingga kapan editing mesti
selesai dikerjakan. Shooting schedule atau jadwal shooting dibuat setelah sebelumnya dibuat
breakdown script didiskusikan degan sutradara. Dalam breakdown script, produser membuat secara
rinci kebutuhan shooting nantinya. Sejaklan dengan itu, budgeting atau pendanaan film pendek juga
sudah disusun.
Artistik
Elemen film yang anntinya akan berkaitan dengan aspek yang terlihat di film itu sendiri, diskusikan ini
dengan piñata artistic dan sutradara. Lokasi seperti apa yang diinginkan, property serta wardrobe apa
yang dibutuhkan. Dengan demikian bagian artistic juga mesti membuat breakdown untuk kepentingan
artistic film pendek tersebut. Bagian artistik mesti melakukan survey lokasi, ia bisa saja menggunakan
property yang sudah ada di misalnya lokasi shooting rumah. Namun jika tidak ada, bagian artistik
wajib untuk menagadakan property yang dibutuhkan. Properti tidak mesti beli, ada beberapa yang bisa
kita sewa juga. Dengan demikian, budget produksi bisa diminimalisir.
Membuat film Pendek 3
Equipment
Perlatan shooting saat ini sudah canggih. Beraneka ragam alat perekam digital sudah banyak. Jadi,
banyak pilihan untuk para filmmaker pendek untuk menentukan peralatan apa yang diperlukan. Tak
hanya video camera bahkan saat ini akmera DSLR yang sebetulnya diperuntukan sebagai alat meotret
gambar still bisa digunakan untuk pengambilan gambar bergerak atau shooting. Beberapa DSLR
bahkan bisa menghasilkan gambar video yang jauh lebih bagus daripada kamera video. Kelebihan lain
dari DSLR yakni bisa gonta-ganti lensa sesuai kebutuhan. Jadi, cameraman juga bisa mengajukan lensa
apa saja yang diperlukan kepada produser. Namun demikian, jika ternyata kita “hanya” memiliki
handycam atau kamera compact lainnya, itupun sebetulnya sudah bisa digunakan.
4 Membuat film pendek
Shooting itu melukis dengan cahaya. Tanpa cahaya tidak bisa melakukan pengambilan gambar. Untuk
shooting di luar atau outdoor masih bisa menggunakan cahaya matahari, namun untuk shooting indoor
memerlukan pencahyaan yang sengaja dibuat. Banyak jenis lighting, yang terpenting bagaimana
konsep pencahayaan film tersebutn lantas piñata cahaya membuat list lighting apa yang diperlukan.
Beberapa fil pendek bahkan tak menggunakan cahaya tambahan, mereka mengandalkan cahaya
matahari untuk oudoor dan pencahyaan lampu rumah untuk shooting di dalam ruangan.
Selain pencahayaan, aspek yang mesti diperhatikan adalah audio. Gambar yang baik tapi audionya
buruk maka film menjadi tak sempurna atau bahkan akan menjadi jelek. Audio harus bagus, ini
tugasnya soundman atau penata suara. Boom mic biasanya merupakan mikropon yang “wajib”
digunakan ketika membuat film. Jika itu tak ada, maka mesti nyari jalan lain misalnya mengunakan
mic di yang sudah ada di kamera lalu disambung dengan kabel ektensi. Jika shooting film pendek
menggunakan DSR, maka mau tak mau mesti menggunakan microphone tambahan karena mic yang
ada di kamera DSLR tidak cukup baik untuk kepentingan perekaman suara.
Casting Pemain
Ketika naskah selesai proses pemilihan pemain atau casting sudah bisa dilakukan, bahkan ketika
naskah masih erupa draft sebetulnya proses ini bisa dkerjakan pararel dengan tahan pra produksi
lainnya. Ada banyak cara casting, yang paling umum carilah pemain film berdasarkan kemampuan
aktingnya. Misalnya, calon pemain film pendek diberi naskah lalu dimintain untuk acting sesuai naskah
tersebut. Casting juga bisa dengan menunjuk langsung calon pemain ketika kita yakin atas kemampuan
acting dari pemain tersebut. Yang paling penting tentu saja dapatkan pemain sesuai karakter tokoh
yang diinginkan seperti di dalam naskah.
Membuat film Pendek 5
Reading
Setelah pemain kita dapatkan sesuai dengan yang kita inginkan, buatlah kesepakan dengan pemain
tentang jadwal reading hingga shooting. Pemain yang terpilih kita berikan naskah, biarkan mereka
membaca naskah tersebut untuk mendalami peran yang akan dia mainkan nantinya. Selanjutnya proses
reading dilakukan bersama sutradara atau asisten. Reading bisa dilakukan dengan intens, agar pemain
betul-betul dapat “feel” dari naskah tersebut.
Rehearsal
Rehearsal atau latihan bisa dilakukan jauh sebelum shooting, namun metode ini tidak disukai oleh
sutradara. Intinya, dalam rehearsal ini pemain sudah memahami blocking dan pengadegan di semua
scene yan akan dia mainkan. Beberapa sutradara tidak melakukan rehearsal, dia “cukup” memberikan
briefing di lokasi shooting. Sara penulis, sebagi filmmaker awal baiknya rehearsal dilakukan karena ini
akan sangat membantu ketika shooting nantinya sesuai yang sudah dikonsepkan sutradara. Tak ada
aturan berapa lama melakukan latihan atau rehearsal.
Shooting
Di lokasi shooting sutradara adalah komandan di lapangan perang. Ia bertanggung jawab penuh
terhadap apa yang akan dilakukan di lokasi shooting. Naskah dan diretor’s treatment sebagai panduan
untuk melakukan pengambilan gambar. Shooting dilakukan berdasar breakdown yang sudah dibuat
sebelumnya. Misalnya, jika ada beberapa scene di lokasi sama maka sutradara akan melakukan
shooting di tempat tersebut, hal ini dilakukan untuk efetivitas waktu karena akan menyangkut beberapa
hal seperti set properti, tata cahaya, serta talen yang akan main di film tersebut. Sutaradara boleh saja
melakukan pengambilan gambar latihan sebelum pengambilan gambar sebetulnya dilakukan. Blocking
pemain diatur sedemkian rupa, juga dengan arahan acting pada pemain. Namun, boleh juga sutradara
langsung melakukan pengambilan gambar tanpa latihan terlebih dahulu, utamanya jika latihan atau
rehearsal sudah dilakukan jasuh sebelum shooting dilakukan. Sutradara bisa melakukan pengammbilan
berulang kali sampai dia benar-benar puas dengan shot yang sudah didapat. Membangun mood pemain
6 Membuat film pendek
juga penting, oleh karenanya sutarada mesti memiliki komunikasi yang baik. Ada dua komunikasi
sutradara, yakni dengan kru yang dia pimpin dan dengan pemain atau talen yang akan dia atur.
Di lapangan, sutarada juga bekomunikasi dengan cameraman. Dia bisa meminta cameraman untuk
membuat shot dengan komposisi serta angle tertentu. Kadang, sutradara bisa mengembangkan
director’s treatment yang sudah dia buat sebelumnya. Namun, perubahan itu seharusnya
dikomunikasikan dengan kru yang berkaitan dengan perubahan treatment tersebut utamanya penata
kamera. Tak ada aturan berapa banyak shot dalam satu scene, bahkan bisa saja sutradara membuat
hanya satu shot dalam satu scene. Beberapa sutradara, dia akan membuat dekupase atau pemecahan
shot yang dia tuangkan ke dalam diretor’s treatment, sebagia lainnya ia tak melakukan itu. Sutradara
melakukan pemecahan shot di lapangan. Mana yang lebih baik? Sama saja, itu bisa jadi meruapakan
salah satu gaya penyutradaraan juga. Namun, jika membuat film pendek awal mula, baiknya dekupase
dilakukan sebelum shooting dilakukan, bukan di lokasi shooting.
Kontinyuiti meruapakan hal penting yang mesti dilakukan oleh sutradara. Ketika selesai membuat shot
satu, sutradara harus memperhatikan aspek kesinambungan dengan shot yang akan dibuat berikutnya
dan seterusnya. Kesinambungan itu berupa kesinambungan emosi, suara, gerak, dan posisi. Jika tak
memperhatikan aspek kesinambungan gambar, nantinya akan sangat merepotkan editor bahkan bisa
jadi editor tak bisa berbuat banyak jika sutradara melakukan banyak ketidaksenambungan shot yang
dibuat.
Di lapangan apa saja bisa terjadi, untuk meminimalisir kesalahan sebaiknya memang dilakukan
persiapan yang matang jauh sebelum shooting dilakukan yakni pada proses pra produksi. Akan tetapi
jika memang di lokasi shooting hal itu tak bisa dielakkan atau tak terduga sebelumnya, sutradara mesti
mengambil keputusan secara cepat. Misalnya, ketika shooting di lokasi outdoor dan teradi hujan maka
sutradara bersama produser harus memutuskan untuk mengubah breakdown, menukar waktu shooting
outdoor dan mendahulukan shooting di lokasi indoor. Setiap mau pergantian scene, baiknya sutradara
yang biasanya dibantu oleh asisten, ia mesti memastikan tidak ada shot yang kurang di dalam scene
tersebut. Setelah yakin bahwa scene tersebut telah dibuat dengan sempurna, barulah shooting untuk
scene selanjutnya bisa dilakukan.
Membuat film Pendek 7
Yang paling menyenangkan dalam proses shooting film pendek, ketika sutradara bilang “It’s a
wraaap…” atau “Bungkussss….” Artinya keseluruhan shooting di hari itu seudah selesai. Shooting
akan dilanjutkan di day shot berikutnya, atau memang shooting benar-benar sudah selesai. Dan tentu
saja proses pembuatan film tahap berikutnya bisa dilakukan. Yakni, materi hasil shooting sudah bisa
diserahkan kepada editor.
Editing
Hasil shooting bisa jadi merupakan ratusan atau ribuan shot. Shot-shot yang “berserakan” disusun oleh
editor, dipilih, dipotong, disambung, dan digabungkan menjadi satu kesatuan cerita utuh. Yang pertama
kali dilakukan editor setelah menerima material shot, ia mesti melakukan preview. Editor melihat
keseluruha hasil shooting. Dengan demikian, editor sudah memiliki bayangan bagaimana shot-shot itu
nantinya akan dirangkai. Banyak sekali software editing yang bisa digunakan, seperti: Avid Composer,
Final Cut Pro, Ulead Video, dan Adobe Premiere. Untuk editing film pendek kedua software editing
terakhir sudah cukup bagus. Editor tinggal memilih software yang mana yang tentunya mudah
dikuasai. Software editing bisanya memiliki standar minimum spesifikasi hardware yang diperlukan.
Yang paling umum untuk komputer editing biasanya adalah processor, memory, VGA, serta hardsik
yang cukup. Spesifikasi ini akan mempengaruhi kinerja komputer editing, terlebih akan terlihat ketika
editor menggunakan special efek di dalamnya.
Jika kamera yang digunakan saat shoting memakai memory sebagai media penyimpanan gambar maka
editor tinggal mengcopy isi memory tersebut ke dalam hardisk komputer editing, namun jika medianya
berupa tape ia mesti melalui proses capturing yakni pemindahan materi shot dari kaset ke dalam
software editing. Untuk capturing mesti ada VTR/Video Tape Recorder atau Player sebagai media
playback tape tadi yang disambungkan ke komputer editing. Maka di komputer editing yang
menggunakan kaset/tape sebagai media rekam, ia mesti memiliki capture card yang disambungkan
melalui kabel firewire.
8 Membuat film pendek
Seperti dijelaskan di atas, sebaiknya editor terlebih dahulu membaca skenario serta berdiskusi dengan
sutradara, dengan demikian ia sudah paham cerita film pendek tersebut sebelum ia melakukan
penyuntingan gambar. Setelah gambar ada di dalam komputer, selanjutnya editor sudah bisa
melakukan pemilihan gambar, lalu menyusun shot menjadi scene atau serangkaian adegan. Seperti
halnya sutradara, editor semestinya memposisikan sebagai story teller, ia harus bisa bertutur dengan
pemotongan serta penyambungan gambar tadi. Jadi, editor tidak asal motong serta menyambung saja.
Setiap sambungan serta pemotongan harus memiliki makna. Sebagus apapun hasil shooting dari tim di
lapangan, ia akan menjadi film pendek yang buruk jika diedit dengan serampangan oleh editor.
Misalnya, editor mesti tahu tentang kontinyuitas gambar. Dia juga harus tahu ritme, seperti halnya
music sususnan gambar juga ada iramanya ada ketukannya. Susunlah gambar tersebut menjadi
rangkaian cerita, lalu preview dari awal hingga akhir. Penyuntingan gambar awal ini dinamakan
roughcut editing. Setelah selesai roughcut, editor bisa mempresentasikan hasil penyuntingan gambar
tersebut kepada sutradara dan produser. Bisa jadi, sutradara mempunyai masukan atas hasil editing
awal tadi.
Maka, misalnya ada hal yang mesti diubah editor segera melakukan revisi penyambungan gambar. Jika
roughcut ini selesai maka selanjutnya editor melakukan finecut atau penyuntingan akhir. Di dalam fine
cut editor sudah bisa memasukan ilustrasi serta color grading, yakni menyamaratakan warna shot
masing-masing scene. Konsep warna juga semestinya sudah dibicarakan sebelum editor melakukan
penyuntingan gambar di tahap finecut ini. Demikian pula dengan mixing suara, editor harus tahu mana
yang baik menggunakan suara music mana yang tidak. Sebaiknya, musik ilustrasi dibuat menyesuaikan
masing-masing adegan di dalam film pendek tersebut, bukan sebaliknya. Pembuat music, bisa melihat
roughcut sebagai panduan ketika dia akan membuat music ilustrasi, dia bisa berdiskusi dengan editor
dan atau sutradara. Poinya pentingnya, musik ilustrasi itu untuk mengilustrasikan adegan misalnya agar
adegan atau scene menjadi dramatis.
Unsur grafis bisa jadi merupakan hal penting di dalam penyuntngan gambar film pendek, seperti
halnya unsure lain dalam film semestinya ini juga dikonsepkan. Jadi, grafis tidak sekadara tempelan
yang justru akan mengganggu pada film secara keseluruhan. Judul film misalnya, apakah perlu dibuat
motion khusus atau cukup dengan tampilan grafis still saja. Pemilihan jenis font serta warna apa yang
digunakan juga mesti dipikirkan oleh editor. Demikian pula dengan credit title atau susunan kru di
Membuat film Pendek 9
ujung film apakah akan dibuat bergerak dari bawah ke atas atau grafis tak bergerak tapi dengan efek
fade in-fade out/hilang-muncul. Jika film selesai diedit, coba pertontonkan pada pihak lain atau pada
orang-orang yang tak terlibat dengan pembuat atau kru film pendek. Bagaimana reaksi penonton,
apakah sesuai dengan ekpektasi yang diharapkan atau belum? Selama film belum dipublikasikan, tentu
saja film masih bisa direvisi sampai akhirnya editor dan sutradara merasa puas.
Publikasi
Film pendek yang sudah dibuat, tentu saja tidak hanya dipertontonkan untuk kalangan sebatas kawankawan
saja. Agar bisa diapresiasi kalangan luas maka film tersebut bisa dipublikasikan. Ada beberapa
bioskop yang bisa menayangkan film pendek, biasanya akan dikompilasi dengan film pendek karya
film maker pendek lainnya. Film puga bisa diikutsertakan ke dalam beragam film festival, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Ajang festival biasanya dipublish di internet, jadi carilah informasi
tentang penyelenggaraan beragam ajang festival tersebut. Mereka biasanya memiliki persyaratanpersyaratan
baik tentang konten atau tema maupun teknis. Perhatikan pesryaratan tersebut, lalu ikuti
agar film yang dibuat bisa diikutsertakan.
Promosikan film pendek yang sudah dibuat di beragam media. Yang paling efektif dan murah,
promosikan melalui internet. Film pendek, bisa diunggah ke YouTube lalu linknya bisa disebarluaskan
sehingga siapa saja bisa dinikmati penonton yang memiliki akses internet dimana saja. Jadi, bukan hal
mustahil film pendek yang anda buat akan mendunia!


(Source : http://www.mawan.or.id/files/pdf/Membuat%20Film%20Pendek.pdf)

[TPG] Memahami Tata Cahaya

1.    Pengertian Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.
Kerja kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan . Hal ini sesuai dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah penting peranannya dalam sebuah kegiatan perekaman gambar.
Cahaya menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya bersumber dari alam, seperti cahaya matahari ( natural light/daylight) dan Cahaya yang diciptakan atau bersumber dari lampu, api (artifisial light/tungsten)
Sumber cahaya itu sendiri mempunyai karakteristik jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-macam. Kita abaikan dulu permasalahan ini, kita coba untuk memperlakukan sebuah sistem yang aplikatif terhadap kerja kamera.Seperti teori dasar tata cahaya. Dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi oleh kondisi tata cahaya yang ada, apapun kondisinya tetapi hasilnyapun juga mengikuti kondisi tata cahaya tersebut. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal maka kita dapat mengikuti teori dasar tata cahaya yang berlaku, walaupun pada praktek kerja kita dapat mengembangkan kreasi kita sesuai keinginan dan hasil yang akan dicapai. 
KUALITAS CAHAYA
a. Hard light
Disebut dengan cahaya keras yang dihasilkan dari sumber cahaya dengan intensitas yang tinggi, cahaya lebih bersifat spot. Menghasilkan kekontrasan yang tinggi dan bayangan yang keras (gelap – terangnya).
b. Soft Light
Disebut juga cahaya yang lembut karena dihasilkan dari sumber terpendar dan halus biasanya cahaya yang dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan filter atau elemen penghalus pemendaran cahaya.Kontras yang dihasilkan lebih tipis sehingga bayangan yang dihasilkan juga tidak keras.

Cahaya berdasarkan konsep dasar pencahayan dapat dibedakan :
a.  Natural Light
Cahaya natural yang sumber cahaya dalam satu frame atau adengan maupun scene bersumber dari cahaya yang bersifat natural. Misalnya cahaya pagi hari dari sebelah timur (key). Maka shot-shot dalm scene tersebut key lightnya dari arah yang sama.
c. Pictorial Light/Arificial Light
Cahaya yang bersifat artistik atau ciptaan. dibentuk sesuai kebutuhan artistik, mood sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber cahaya (key) dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan artistic gambar atau mood dari adegan tersebut.
                                                     
Direction of Light
Pencahayaan yang dibedakan berdasarkan arah cahaya dan jatuhnya cahaya ke subjek dapat dibedakan:
a.  Top Light
Cahaya yang datang dari arah atas subjek, sebagai ambient/base light juga menciptakan suasana tertekan pada subjek.  
b. Eye Light
Cahaya yang ditujukan pada posisi mata subjek guna untuk menguatkan kekuatan yang dimunculkan dari  mata.
c.Accent Light
Cahaya yang dibuat sebagai aksen diluar subjek untuk menciptakan kedalaman dan mood tertentu. Biasanya ditujukan pada background
Color Temperature (Suhu Warna)
Suhu cahaya  yang berbeda akan menghasilkan suhu warna yang berbeda pula. Lampu neon memberikan cahaya berwarna hijau kebiru-biruan, lampu tangsten halogen menghasilkan warna kuning kemerah-merahan, sinar cahaya  matahari memancarkan warna putih kebiru-biruan. 
Perbedaan ini sebenarnya karena adanya perbedaan derajad suhu warna yang diukur dalam Derajad Kelvin. 
Semakin rendah derajad Kelvin, maka suhu warnanya kemerah-merahan sedangkan semakin tinggi derajad Kelvinnya maka suhu warna cenderung kebiru-biruan.
Daftar derajad Kelvin dengan sumber cahaya
10.000 Kelvin
Langit biru
9.000 Kelvin
Langit mendung
7.000 Kelvin
5.600 Kelvin
Cahaya matahari (DAY LIGHT)
4.900 Kelvin
Lampu Neon
4.200 Kelvin
2 jam setelah matahari terbit/
Sebelum terbenam (TUNGSTEN)
3.800 Kelvin
1 Jam setelah matahari terbit
3.200 Kelvin
Lampu halogen
2.800 Kelvin
Lampu Pijar
2.200 Kelvin
Matahari terbit/terbenam
1.600 Kelvin
Cahaya Matahari
Jika kita melihat matahari atau lampu buatan manusia lainnya, maka cahaya yang dihasilkan adalah pijar putih atau kuning. Jadi cahaya tersebut merupakan perpaduan dari beberapa HUE dalam spektrum.Apabila berbeda sumber pencampurannya maka akan menghasilkan campuran yang berbeda pula yang ditangkap oleh mata manusia.
2.    PRINSIP DASAR TATA CAHAYA
Ini sudah menjadi rumusan atau formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light
a. Key Light
Pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill Light
b. Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan untuk menghilangkan bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight. Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.
c. Back Light
Pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.
3.    Fungsi tata cahaya
Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara, aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya, sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
-       Penerangan. Inilah fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak semua area di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.
-       Dimensi. Dengan tata cahaya kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek akan muncul.
-       Pemilihan. Tata cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adeganmenggunakan kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu, penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya. Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
-       Atmosfir. Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu menghadirkan suasana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh tata cahaya
Keempat fungsi pokok tata cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan interaksi fungsi pokok tata cahaya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHpG8sdRIo7_DsL-G8Dsv8MC1DGZ_hHkLqi-GKPJcK24u3A63MNGMzMO2mmtafyP9hV8Ggkjlm2CNiUwaUnqK7czfqq2LNxdobHrIhJPti6O9qe_ptJ_wU5g9gITk858T-s6S2-7hRKOw/s1600/Untitled-1.jpg
Selain keempat fungsi pokok di atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut.
-       Gerak. Tata cahaya tidaklah statis. Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak perpindahan cahaya ini mengalir sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak. Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam satu area ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara langsung disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui perubahan cahaya.
-       Gaya. Cahaya dapat menunjukkan gaya pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh aktor dapat tertangkap jelas oleh penonton.
-       Komposisi. Cahaya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna yang dihasilkannya.
-       Penekanan. Tata cahaya dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang dinginkan. Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton sehingga membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki maksud dari hal tersebut.
-       Pemberian tanda. Cahaya berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung. Misalnya,  fade out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade in untuk memulai adegan dan black out sebagai akhir dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set
4.             Peralatan Tata Cahaya
Kerja tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan. Dengan peralatan tata cahaya, kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu dikerjakan. Penata cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus cahayaSemua kendali itu bisa dimungkinkan karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.
a.       Bohlam
Bohlam (bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas envelope, filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat dari gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya dari kebakaran.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeOaKXwB1OlU9ElYS7kX4lOcQIo2OyrF99sgq-6gdl9-xjZYdA0IEKJ7ENez8UVLMzKU2WsOOJMBAD2N9X9-Lj5fHqqmTKF2MN3CVLJzh6QdwgsrqYmFcMkHQdmBOW53oVsy9S88zWd1U/s1600/Untitled-2.jpg
Gb.204 Bohlam
Filament merupakan komponen yang mengubah panas listrik menjadi cahaya. Ukuran dan bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil cahaya yang dinginkan. Karena filament menghasilkan cahaya dari panas maka ia juga menjadi lemah karena panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan dan pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-hati apalagi ketika kondisinya sedang menyala. Base, adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan yang sesuai dan merupakan komponen yang menghubungkan filament dengan arus listrik. Jenis dan bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan yang disediakan pada masing-masing jenis dan merk lampu dari pabrikan tertentu.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhi4J8vh9gsn0a-PlOtZA5XaGwia0mBObEsZAnl0gZmvSDtDIfhxWzJP7VHdtBtVbseKCRHXNYwaRbvjGS01rGvnNu-RnZVPrNMAP-lqbVc5eG6hv-Oqz3S_J6_NVSllet_sMo_jNeGQlg/s400/3.jpg


Gambar di atas memperlihatkan aneka ragam bentuk bohlam. Hampir semua bohlam dibuat terpisah dengan reflektornya tetapi pada lampu PAR bohlam dibuat satu unit dengan reflektor dan lensa sehingga jika bohlam mati maka semua unit komponennya harus diganti. Pada dasarnya jenis bohlam lampu panggung ada tiga yaitu; tungsten, tungsten-halogen, dan discharge. Tungsten digunakan untuk lampu di bawah 1000 watt. Tungsten-halogen untuk lampu 1000 watt ke atas. Sedangkan discharge adalah lampu yang hanya bisa dioperasikan secara manual seperti lampu followspot. Penggunaan jenis bohlam ini didasari pada ketahanan material menahan panas tinggi dalam kurun waktu yang lama. Karena bekerja dengan panas, maka kualitas bohlam menurun seiring penggunaan waktu dan batas waktu hidupnya (lifetime) telah ditentukan (terbatas).
b.     Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya yang hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam dapat ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga jenis reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic. Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki dua focal point (tittik temu fokus cahaya). Focal point 1 berasal dari titik fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar (Gb.206). 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnoBumEr0cOKxeS3EjXlem_8woLmNJ-kBkvwwfZEe_bQtzX6qcCUjYxM5HNbmg2s5ZsRCDMrzNDlEceRuh0P0OoE945qqTAg4JOcD830IMViPWszicdGsOJ-FiLg_D9oPTLv42M0mvlKw/s1600/4.jpg

Gb.206 Reflektor elipsoidal
 Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang membulat. Jenis reflektor ini memancarkan seluruh cahaya langsung dari titik focal point ke reflektor yang merefleksikannya kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar. Jika dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya yang ditempuh masing-masing garis cahaya adalah sama. Gambar 207 memperlihatkan refleksi cahaya melalui reflektor spherical.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibj4NF6DzrpkqIWtnxg5QA0ITW2KqCodzZvycf7hXNnssvPg4D3zXfisiB3Q-YAtV6_HxjQVKaFbng3CCf5wC-KJVImFoyaaYiVuPOaH7AZglqj1wsVOY4wzirbbbT63-cdhBTwCtV2SY/s1600/6.jpg
Gb.207 Reflektor spherical
Reflektor parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini merefleksikan cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar secara paralel membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter reflektor (Gb.208). Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor parabolic adalah lampu senter.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidw7ZJU3c-cylVvwM03NTyte04iRZYs3zccx2meoAXs7VFmaDJ1xIzGp1KPXrvwbNtqauym-Od0k8af23Mvsz0uAZsakV7Vhs6hmUDjI-MhB8CT3ufBVzg9Bf6llxwZtCIJAL0cidjWnQ/s1600/1.jpg
Gb.208 Refleksi prabolic
Selain refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami refleksi setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse, spread, dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya tanpa mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya (Gb.209). 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi06jGFYLdq4k2OBlqYuU4kXiPOGIxWAvpUttPyxug2UJCOy89ragEgmkT890X085SVE45ZmVNpxdC_Z2JJZEUnFssuLkNh-mS7RNGtO2l3LPINexPPnAlCm3IYnGnqQxb76pYvbI_U7KU/s400/5.jpg

Gb.209 Refleksi specular
Refleksi diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul dengan pendar yang merata ke segala arah (Gb.210). Contoh dari refleksi diffuse adalah ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx2pEig8WMF9LC30uVyI0YlVfQWq_F8FiYOFxzblWiccfzTrM5WQcaUeruEDY1Ez3Iw5JRq0j2K79mjvU9Y4_5WwA7zsPe5_nkFknn0fRtza9AiD9dYzVQmEGYf1UL7Dq9XnnjiVassrg/s320/s.jpg

Gb.210 Refleksi diffuse
Refleksi spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masing­masing garis cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain (Gb.211).  Contoh refleksi spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan aluminium foil.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyHpSoD5wdDSTltpKnvRz2b0f4ZrUzTrjj4qgZTsnIUxcuYV24edMtsqTY6qn70oTrESLtYmYHEN3GxGtG6hyphenhyphenIlFtgMSLvcDSQA4gSOp8C41GkzsP_aqyQe3XkUEvCbGOMBRV5Tu8gJeY/s320/U.jpg

Gb.211 Refleksi spread
Refleksi mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa garis cahaya dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis cahaya dipantulkan seperti cermin (Gb.212). Contoh refleksi mixed adalah ketika cahaya menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang mengkilat.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSr2jcl_LltjYXAeGMj2VSb6tTz7U65mVnjb_ce_2BTNdZn_QIC3X6CefoSxd175xxKxVvwRku0rK9ke5G67ZHoVpSnqTpnDQNJtleJ8nAdvLZ_bzgYed2stqV5S6HQdvr15jJYLOkKLk/s320/n.jpg
Gb.212 Refleksi mixed
c.       Lensa
Cahaya memerlukan pembiasan atau pembelokan sehingga besar kecilnya ukuran cahaya bisa diatur. Alat yang digunakan untuk membiaskan cahaya adalah lensa yang terbuat dari gelas kaca atau semacam plastik. Ada tiga jenis lensa yang digunakan dalam lampu panggung, yaitu lensa plano convex, fresnel, dan pebble convex. Lensa plano concex sisi luarnya berbentuk cembung (kurva) dan memiliki permukaan yang halusLensa yang biasa disebut sebagai PC ini digunakan untuk membentuk lingkaran cahaya yang garis tepinya jelas kelihatan (hard edge). Ukuran dan ketebalan lensa sangat tergantung dari ukuran dan intensitas hasil cahaya yang dikehendaki.
Lensa fresnel adalah lensa yang permukaannya membentuk cetakan bergerigi (Gb.214). Lampu yang menggunakan lensa ini akan menghasilkan lingkaran cahaya yang garis tepinya lembut (soft edge). Ketebalan lensa fresnel lebih tipis dari lensa PC. Garis lembut lingkaran cahaya yang dihasilkan memungkinkan untuk pencampuran warna pada area penyinaran. Sedangkan lensa pebble convex memiliki permukaan luar sama dengan lensa PC tetapi sisi dalamnya bergerigi seperti fresnel (Gb.215). Lensa ini sering juga disebut sebagai step lens. Karakter Cahaya yang dihasilkannya berada di antara PC dan fresnel.

d.      Lampu
Istilah lampu yang digunakan di sini tidak mengacu pada kata lamp tetapi lantern. Kata lamp diartikan sebagai bohlam dan lantern sebagai lampu dan seluruh perlengkapannya termasuk di dalamnya bohlam. Istilah lantern digunakan sebagai pembeda antara lampu panggung terhadap lampu rumahan.  Dalam lampu panggung ada terdapat banyak jenis lampu. Akan tetapi, secara mendasar dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu flood dan spot. Flood memiliki cahaya dengan sinar yang menyebar sedangkan spot memiliki sinar yang menyorot terarah. Semua lampu memiliki keistimewaan tersendiri dalam menghasilkan cahaya. Perkembangan teknologi lampu panggung terkadang menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengkombinasikan prinsip dan unsur yang ada di dalamnya. Tugas utama dari lampu panggung adalah menghadirkan cahaya, warna, dan bentuk yang dapat disesuaikan dan diarahkan menurut kebutuhan.

1.    Floodlight
Bentuk paling sederhana dalam khasanah lampu panggung adalah floodlight (Gb.216). Bohlam dan reflektor diletakkan dalam sebuah kotak yang dapat diarahkan ke kanan dan ke kiri serta ke atas dan ke bawah untuk mengatur jatuhnya cahaya. Tidak ada pengaturan khusus lain yang bisa dilakukan seperti pengaturan bentuk, ukuran sinar, dan fokus. Sifat menyebar dari sinar cahaya yang dihasilkan membuat besaran area yang disinari tergantung dari jarak lampu terhadap objek.
Karena keterbatasannya, lampu flood  tidak efektif digunakan untuk menyinari aktor. Sifatnya yang mengandalkan jarak membuat sinar cahaya mengabur pada objek yang jauh letaknya. Luas area penyinaran lampu flood  sangat tergantung dari besarnya watt dan reflektor yang
digunakan. Jadi, lampu flood standar dengan kekuatan 1000 watt mampu menyinari area yang lebih luas dibandingkan yang berkekuatan 500 watt. Penggunaan lampu flood efektif untuk menyinari backdrop (siklorama) atau objek tertentu dengan jarak dekat. Lampu flood yang menggunakan watt besar dan dikhususkan untuk menyinari backdrop disebut cyc-light
Lampu flood dapat dikombinasikan dengan merangkai beberapa lampu dalam satu wadah (compartment). Warna diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu kotak terdapat beberapa lampu yang memiliki warna sama. Beberapa lampu flood yang dirangkai dalam satu kotak dan digantung di atas panggung ini disebut dengan batten atau striplight
Fungsi lampu ini adalah untuk menyinari backdrop atau siklorama dari atas. Tetapi jika rangkaian tersebut diletakkan di bawah pada panggung depan dengan tujuan untuk menyinari aktor dari bawah disebut dengan footlight. Jika rangkaian ini diletakkan di bawah tetapi tidak di bagian depan panggung dengan tujuan untuk menyinari backdrop atau objek tertentu dari bawah disebut dengan groundrow.

2. Scoop
Lampu scoop adalah lampu flood  yang menggunakan reflektor ellipsoidal dan dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Sinar cahaya yang dihasilkan memancar secara merata dengan lembut. Lampu scoop ada beberapa jenis yang dirancang khusus untuk bohlam tertentu. Ada yang menggunakan bohlam pijar biasa ada yang menggunakan bohlam tungsten. Tetapi secara umum, scoop dapat menggunakan bohlam pijar dan tungsten-halogen. Lampu ini sangat efisien untuk menerangi areal tertentu yang terbatas. Karakter cahayanya yang lembut membuat lampu scoop sangat ideal untuk memadukan warna cahaya. Selain digunakan untuk panggung teater dan teater boneka, scoop juga digunakan untuk televisi, studio photografi, dan gedung yang membutuhkan penerangan khusus seperti museum

3.    Fresnel
Fresnel merupakan lampu spot yang memiliki garis batas sinar cahaya yang lembut. Lampu ini menggunakan reflektor spherical dan lensa fresnel (Gb.220). Karena karakter lensa fresnel yang bergerigi pada sisi luarnya maka bagian tengah lingkaran cahaya yang dihasilkan lebih terang dan meredup ke arah garis tepi cahaya. Pengaturan ukuran sinar cahaya dilakukan dengan menggerakkan  bohlam dan reflektor mendekati lensa. Semakin dekat bohlam dan reflektor ke lensa maka lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan semakin besar. Sifat lingkaran cahaya yang lembut memungkinkan dua atau lebih lampu fresnel memadukan warna cahaya pada objek atau area yang disinari. Kekurangan dari lampu fresnel adalah intensitas cahaya tertinggi ada pada pusat lingkaran cahaya sehingga jika seorang aktor berdiri agak jauk dari pusat lingkaran cahaya maka ia kurang mendapat cukup cahaya.
Lampu fresnel dibuat dengan berbagai macam variasi ukuran lensa dan kekuatan (daya).. Ukuran lensa dan kekuatan daya mempengaruhi hasil pencahayaan. 
Diameter lensa dan daya yang kecil menghasilkan jarak penyinaran yang tidak jauh. Artinya,  ia tidak bisa menyinari objek yang jauh. Setiap lampu memiliki jarak cahaya minimum dan maksimum. Jika pengaturan lampu melebihi jarak yang ditetapkan maka cahaya yang dihasilkan menjadi tidak fokus (buram) atau terlalu terang. 
Selain itu, karena sifatnya yang sedikit menyebar maka jika jarak lampu terlalu jauh dari objek sebaran cahayanya akan menerobos ke objek lain. Karena sifatnya ini, lampu fresnel tidak tepat jika dipasang di baris depan panggung proscenium (apron) karena sebaran cahayanya bisa menerangi bingkai panggung. Fresnel lebih efektif di pasang untuk menyinari panggung tengah.

4.       Profile
Lampu profile termasuk lampu spot yang menggunakan lensa plano convex sehingga lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan memiliki garis tepi yang tegas. Dengan mengatur posisi lensa, maka lingkaran sinar cahaya bisa disesuaikan. Jika lampu profile dalam keadaan fokus maka batas lingkaran cahaya akan jelas terlihat dan jika tidak fokus batas lingkaran cahayanya akan mengabur meskipun tidak selembut lampu fresnel. Lampu profile digunakan karena besaran lingkaran cahaya dan derajat penyinarannya bisa diatur sedemikian rupa. Selain bentuk sinar cahaya yang melingkar lampu profile dapat membentuk cahaya secara fleksibel dengan bantuan shutter. Shutter atau penutup cahaya ini terpasang di empat sisi (atas, bawah, kanan, dan kiri). Dengan mengatur posisi shutter ini maka bentuk cahaya yang dinginkan dapat dikreasikan.
Di Amerika lampu ini disebut ERS (Ellipsoidal Relfector Spotlight) atau lampu spot yang menggunakan relfektor ellipsoidal. Dapat juga disebut lekolite atau leko (di Indonesia sering disebut lampu elips atau profil). Lampu ERS generasi pertama  menempatkan bohlam 45 derajat dari garis axis (poros bumi), reflektor, dan posisi lensa (Gb.222). Lampu ini disebut ERS radial. Lampu ERS modern menempatkan bohlam sejajar dengan axis dan sistem optik. Lampu ini disebut ERS Axial (Gb.223). Jika penempatan bohlam tidak sejajar atau presisi antara focal point dan reflektor maka efisiensi dan keserasian cahayanya akan terganggu.
Berbagai bentuk dan ukuran lampu profil dibuat untuk kepentingan pencahaayan panggung (Gb.224). Namun lampu profil atau ERS ini pada dasarnya hanya memiliki tiga jenis lampu, yaitu standard, bifocal, dan zoom. Lampu standar menggunakan satu lensa. Pengaturan fokusnya dengan mendekatkan lensa ke bohlam. Untuk mengatur bentuk cahaya terdapat shutter yang dapat mengatur bentuk cahaya secara fleksibel. Di depan shutter ada slot untuk iris yang dapat mengatur cahaya berbentuk melingkar. Slot untuk iris ini juga dapat digunakan untuk menempatkan gobo (plat metal bermotif yang dapat meproyeksikan cahaya sesuai gambar motif yang ada). 
Lampu bifocal adalah lampu profil standar yang ditambahi dengan shutter tambahan. Shutter tambahan ini diletakkan di luar fokus sehingga lampu dapat menghasilkan lingkaran cahaya yang tegas dan lembut sekaligus. Seiring perkembangan, lampu bifocal sudah tidak diterbitkan lagi. Sedangkan lampu zoom menggunakan dua lensa plano convex yang dipasang secara berhadapan (belly to belly). Lensa yang pertama mengatur fokus (seperti pada lampu profil standar) dan lensa yang kedua untuk mengatur ukuran lingkar sinar cahaya. Kombinasi lensa yang dilakukan pada lampu standard dan bifocal dapat mengubah ukuran lingkaran sinar cahaya tetapi bagaimanapun juga kemungkinannya terbatas.
Dengan lampu zoom ukuran lingkaran sinar cahaya dapat diatur pada sebarang titik (nilai) antara minimal dan maksimal hanya dengan menggeser tombol atau pegangan (knob) yang telah disediakan.

5.       Pebble Convex
Struktur lampu ini sama dengan fresnel yaitu menggunakan reflektor spherical. Yang membedakan adalah digunakannya lensa pebble convex. Pada mulanya, terdapat pula lampu semacam ini dengan menggunakan lensa plano convex dan sering disebut dengan lampu PC. Lampu PC (plano convex) tidak lagi diproduksi di Amerika dan yang sampai sekarang masih digunakan (terutama di Eropa) adalah lampu pebble convex atau prism convex (Gb.227). Untuk mengatur ukuran lingkaran sinar cahaya lampu dan reflektor didekatkan ke lensa. Karena menggunakan lensa pebble convex maka garis sinar cahaya yang dihasilkan berada di antara fresnel yang berkarakter lembut dan profile yang berkarakter tegas. Lampu ini sangat bermanfaat ketika garis sinar cahaya yang tegas tidak diperlukan sementara garis sinar cahaya yang lembut terlalu kabur.

6. Follow Spot
Lampu follow spot sering juga disebut lime adalah lampu yang dapat dikendalikan secara langsung oleh operator untuk mengikuti gerak laku aktor di atas panggung.
Karena dikendalikan secara manual maka lampu ini memiliki struktur yang kuat  baik secara optik maupun mekanik. Keseimbangan diatur sedemikian rupa sehingga gerak ke atas dan ke bawah, ke kanan dan kekiri dapat mengalir dengan baik. Pengaturan besar kecilnya ukuran lingkaran sinar cahaya, fokus, dan warna diatur oleh pengendali. Untuk menempatkan lampu ini diperlukan dudukan (stand) khusus yang dapat diputar dan diatur tinggi rendahnya. Untuk lampu yang berukuran besar, stand yang digunakan biasanya memiliki roda sehingga memudahkan dalam memindahkan lampu dari tempat satu ke tampat lain.
Lampu follow spot menggunakan bohlam jenis discharge yang kuat menahan panas tinggi serta mampu menahan goncangan dan dapat menghasilkan intensitas cahaya yang tinggi. Penggunaan bohlam discharge tidak memungkinkan lampu dikontrol secara elektrik karena sifatnya hanya on-off dan tidak bisa diredupkan dengan dimmer. Garis lingkaran sinar cahaya sangatlah jelas terlihat. Lampu ini biasanya mengikuti atau menyorot seorang aktor secara khusus dalam areal yang khusus.

7.       PAR
PAR atau dapat juga ditulis dengan par adalah lampu yang bohlam, reflektor, dan lensanya terintegrasi. Par merupakan singkatan dari parabolic aluminized reflector. Dengan demikian unit lampu par menggunakan lensa parabolik. Karena lampu par adalah berbentuk satu kesatuan (unit) maka ukuran sinar cahayanya tidak dapat disesuaikan kecuali dengan mengganti lampunya. Ukuran diameter dan watt lampu par bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah par 36, 38, 46, 56, dan 64.
Daya yang digunakan berkisar antara 50 sampai dengan 1000 watt. Untuk mengukur diameter lampu par sangatlah mudah yaitu dengan membagi nomor par dengan 8 inchi. Misalnya, lampu par 56 memiliki diameter 7 inchi (56:8 = 7). Besaran sinar cahaya yang dihasilkan sangat tergantung dari ukuran diameter lampunya. Sedangkan intensitas dan jarak cahaya tergantung dari besaran dayanya. Meskipun lampu par memungkinkan penggunaan bohlam jenis discharge tetapi umumnya untuk keperluan panggung bohlam yang digunakan berjenis tungsten halogen.
Lampu par ditempatkan dalam wadah (housing) yang disebut par can atau kaleng par yang memungkinkan lampu untuk digerakkan, diarahkan, dan diberi warna. Ukuran wadah menyesuaikan dengan ukuran lampu yang dipasang di dalamnya. Sinar cahaya yang dihasilkan berkarakter lembut dan lebih berbentuk oval ketimbang circular (melingkar). Untuk mengetahui jenis karakter serta bentuk sinar yang dihasilkan maka lampu par menyediakan berbagai macam variasi dengan mengkombinasikan bentuk lensa yang digunakan. Misalnya, lampu par 64 menyediakan berbagai macam variasi yang bisa dipilih, yaitu VNSP, NSP, MFL, WFL. VSP atau Very Narrow Spot adalah lampu par yang mampu menghasilkan titik sinar yang sangat sempit. NSP (Narrow Spot) menghasilkan sinar yang sempit. MFL (Medium Flood) menghasilkan karakter sinar flood menengah. WFL (Wide Flood) menghasilkan karakter sinar flood yang melebar.
Par merupakan lampu yang efektif dalam menghasilkan sinar. Lampu ini sering digunakan dalam pentas pertunjukan musik indoor maupun outdoor dan mampu menghadirkan cahaya yang kuat. Karena ukurannya telah tertentu maka pemilihan lampu par sangat tergantung dari luas dan jarak area yang akan disinari. 
8.       Efek
Lampu efek adalah lampu yang menghadirkan cahaya khusus untuk kepentingan tertentu. Misalnya dalam sebuah pertunjukan teater menghendaki lukisan cahaya yang penuh fantasi maka digunakanlah lampu efek yang dapat menciptakan lukisan cahaya tersebut. Terdapat aneka macam lampu efek , diantaranya mirror ball, moving light, tetapi semua sangat tergantung kebutuhan dan kepentingan artistik. Gambar 231 memperlihatkan beberapa lampu efek yang sering digunakan di atas panggung.

9.                   Practical
Yang dimaksud dengan lampu practical adalah lampu yang digunakan sehari-hari tetapi diperlukan dalam sebuah pementasan. Misalnya lampu belajar, lampu gantung atau lampu hiasan dinding. Dalam pertunjukan teater yang menghadirkan latar cerita realis yang berdasar pada kenyataan, tata panggung dibuat menyerupai keadaan sebenarnya. Jika dalam cerita menghendaki adanya lampu gantung di satu rumah mewah maka lampu tersebut harus dihadirkan. Jika cerita terjadi malam hari dan lampu tersebut harus dinyalakan maka lampu gantung itupun dinyalakan. Karena keadaan di panggung berbeda dengan kenyataan, maka tugas penata lampu adalah mengatur teknik pencahayaan sehingga sumber cahaya seolah-olah hanya berasal dari lampu gantung.

e.       Perlengkapan Pemasangan
Untuk memasang lampu di atas pentas dibutuhkan berbagai macam perlengkapan pemasangan. Perlengkapan tersebut ada yang telah terpasang secara permanen dan ada yang dapat dipindah­pindahkan. Di bawah ini akan dijelaskan perlengkapan pemasangan lampu yang terdiri dari bar dan boom, stand, serta clamp dan bracket.

1.       Bar dan Boom
Perlengkapan pemasangan lampu harus dibuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan berat sejumlah lampu yang dipasang. Dalam panggung biasanya terdapat baris untuk menggantungkan lampu yang dibuat dari pipa besi dan di ataur secara horisontal dan vertikal. Pipa besi yang dipasang secara horisontal ini disebut bar (di Amerika disebut pipe), dan yang dipasang secara vertikal disebut boom. Bar digunakan untuk menggantungkan lampu di atas panggung yang terdiri dari beberapa baris mulai dari atas siklorama sampai ke baris depan di atas penonton. Dalam panggung modern bar tidak dibuat statis melainkan bisa diturunkan dan dinaikkan sehingga jarak dan sudut lampu dapat disesusaikan dengan mudah. Berbeda dengan boom yang dipasang di sayap panggung secara vertikal dan permanen. Fungsi boom adalah untuk memasang lampu samping.

2.       Stand
Perlengkapan untuk menggantungkan lampu yang bisa berpindah-pindah adalah stand. Sebuah pipa yang terbuat dari logam kuat yang dapat berdiri dengan tegak dan kuat menahan berat lampu yang dipasang.

Stand yang khusus dipakai untuk lampu follow spot dibuat sedemikian rupa sehingga lampu yang dipasang di atasnya bisa digerakkan ke kanan, ke kiri, ke atas, dan ke bawah secara manual. Tinggi rendah stand dapat diatur.
Selain untuk follow spot yang bentuknya berdiri secara vertikal ada juga stand yang di atasnya dipasangi bar yang dapat digunakan untuk menggantung lampu. Stand jenis ini disebut T-bar stand. Dengan stand jenis ini maka lampu dapat dipasang pada tiang vertikal ataupun horisontal. Beberapa stand yang dibuat dari besi dan berukuran besar menggunakan roda pada kaki-kakinya agar mudah dipindahkan. Stand sangat bermanfaat ketika boom yang terpasang secara permanen kurang memadahi atau jaraknya tidak tepat seperti yang dinginkan.
3.       Clamp dan Bracket
Untuk menggantungkan lampu pada bar dibutuhkan klem (clamp) sedangkan untuk menggantungkan lampu pada boom dibutuhkan siku (bracket) yang disebut boom arm. Kelem yang umum digunakan berbentuk leter “C” dan sering disebut dengan C-clamp atau hook clamp. Untuk mengencangkan atau mengunci kelem ke bar digunakan sekrup. Bentuk dan ukuran hook clamp ini bervariasi tetapi fungsinya sama saja. Boom arm dipasang pada boom atau batang stand vertikal. Ujungnya digunakan untuk memasang lampu. 
Untuk mengencangkan dan mengendorkan menggunakan skrup. Pada boom arm generasi lama menggunakan dua plat besi yang berfungsi untuk menggapit boom dan menggunakan dua buah sekrup untuk mengencangkannya. Hasilnya memang plat akan terkait dengan kuat pada boom tetapi sulit ketika hendak mengatur atau menggeser posisinya. Boom arm yang baru, menggunakan hook clamp dengan satu
f.     Asesoris
Cahaya yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sedemikian rupa. Selain karena faktor reflektor, bohlam, dan lensa pengaturan cahaya dapat diperkaya dengan menambah asesoris. Di bawah ini dijelaskan asesoris yang dapat dipergunakan untuk memperkaya pencahayaan.
1.  Filter
Filter atau color adalah plastik warna yang digunakan untuk memberi warna pada cahaya (Gb.236). Filter adalah asesori yang paling penting untuk mengubah warna natural cahaya yang dihasilkan lampu sesuai keinginan dengan cara memasang filter di depan perangkat. Filter biasanya berbentuk lembaran. Jika hendak digunakan maka harus dipotong sesuai dengan ukuran. 

2.    Barndoor
Barndoor adalah sebuah alat yang memiliki sirip atau penutup yang dapat diatur dan disesuaikan (Gb.238). Barndoor digunakan untuk mengatur pendaran cahaya dalam artian mencegah cahaya bocor ke areal yang tidak dinginkan.
Barndoor memiliki empat sisi penutup yang dapat diputar dan disesuaikan posisinya pada dudukan. Biasanya barndoor dipasang pada lampu yang menghasilkan cahaya menyebar seperti par atau fresnel pada panggung yang berukuran kecil. Panggung kecil memiliki areal yang terbatas sehingga penyinaran yang dilakukan dengan menggunakan lampu berkekuatan besar menghasilkan cahaya melebihi area penyinaran. Untuk membatasi aliran cahaya tersebut barndoor  sangat efektif difungsikan.

3.       Iris
Iris adalah piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Dengan sebuah gagang kecil yang tersedia, ukuran lingkaran bisa disesuaikan (GB.239).
Piranti yang terbuat dari metal ini sangat mudah untuk dipasang dan dicopot. Dipasang di depan shutter. Iris biasanya dipasang pada lampu profile (ERS). Dengan bantuan iris, seorang penata lampu dapat menyesuaikan ukuran lingkar area penyinaran yang tepat sehingga aliran cahaya tidak bocor ke area lain. 

4.       Donut
Donut (donat) adalah pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketazaman lingkar sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu spot (Gb.240). Donat juga membantu memperjelas pola atau motif gambar cahaya yang hendak dihasilkan dengan menghilangkan pendar cahaya yang tidak diperlukan. Garis cahaya semakin jelas dan bentuk sinar cahaya benar-benar sirkuler. 

5.       Gobo
Gobo adalah pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu (Gb.241). Jika pelat ini dipasang pada lampu dan diproyeksikan maka cahaya akan membentuk pola seperti yang tergambar pada gobo tersebut. Untuk memasang gobo diperlukan bingkai atau tempat khusus yang disebut gobo holder.

Motif atau pola gambar pada gobo bermacam-macam. Piranti ini digunakan untuk memproyeksikan pola cahaya tertentu yang menimbulkan efek imajinasi darimana asal cahaya atau karena apa cahaya itu terbentuk. Misalnya pola dalam gambar 241 di atas jika disorotkan ke panggung maka akan memberikan imajinasi, bahwa cahaya tersebut berasal dari sebuah jendela. Pada pola tertentu lainnya jika diproyeksikan ke siklorama akan memberikan efek imajinasi yang mengagumkan, seperti awan berserakan, daun-daun, pepohonan, gambar bangunan, dan lain sebagainya. Penggunaan gobo sangat membantu untuk memberikan efek atau lukisan cahaya.
6.       Snoot
Snoot atau sering juga disebut top hat adalah piranti yang digunakan untuk mengurangi tumpahan cahaya. Dengan dipasang pada bagian depan lampu maka snoot akan memperpanjang ukuran lampu dan mempersempit sudut sinar cahaya yang dihasilkan. 

7.       Dimmer dan Kontrol
Untuk mengkontrol intensitas cahaya dan mengatur perubahan cahaya dalam intensitas tertentu dibutuhkan alat yang disebut dimmer. Secara sederhana sumber listrik dialirkan ke sebuah dimmer untuk mengalirkan arus listrik ke lampu (Gb.244). Dimmer dapat mengubah intensitas cahaya dari rendah ke tinggi atau sebaliknya dengan mengatur panas (temperatur) yang mengalir ke filamen bohlam.
Untuk kepentingan panggung tidak mungkin menggunakan satu dimmer untuk satu lampu. Hal ini akan memerlukan proses lama dalam pemasangannya. Oleh karena itu dimmer untuk lampu panggung dibuat satu unit yang dapat menampung banyak lampu dan disebut dengan dimmer rack. Terdapat banyak jenis, ukuran dan kekuatan dimmer rack (Gb.245). Ada dimmer rack berukuran besar dan berat yang dipasang secara permanen di dalam sebuah gedung pertunjukan tetapi ada juga dimmer rack yang dirancang khusus untuk pentas keliling sehingga mudah dibawa kemana-mana.
 Dengan bantuan dimmer, operasional dan pengendalian intensitas cahaya lampu menjadi mudah. Meskipun demikian dalam sebuah dimmer rack yang memiliki banyak channel tidak menyediakan tombol atau alat pengendali intensiatas yang mudah diakses. Dalam dimmer generasi lama disediakan gagang pengendali intensitas, tetapi hal ini membuat ukuran dimmer menjadi besar. Dimmer modern tidak menyediakan pengendali tersebut selain sebuah tombol kecil pada masing-masing channel. Untuk membantu tugas pengendalian intensitas dibutuhkan remote control (pengendali jarak jauh). Kontrol jarak jauh ini berupa papan atau meja yang menyediakan tombol atau bilah pengendali intensitas atau lever yang dihubungkan ke dimmer. Jadi, ia mengambil alih fungsi pengendali pada dimmer. Dengan demikian, rangkaian sederhana jika digambarkan adalah sumber listrik menyediakan energi yang dialirkan ke dimmer (power in) kemudian dialirkan keluar ke lampu (circuit out) dan fungsi pengendali dialirkan ke remote control.
Remote control atau pengendali jarak jauh sering disebut dengan control desk (meja pengendali) karena harus diletakkan di atas meja untuk menggunakannya. Ukuran dan jenisnya bermacam-macam. Ada yang dioperasikan secara manual ada juga yang sudah menggunakan komputer sehingga bisa diprogram untuk mengendalikan intensitas secara otomatis.
Dalam satu remote control terdapat bilah pengendali (lever) dan master lever yang berfungsi sebagai pusat suplai besaran energi yang dikeluarkan. Masing-masing lever memiliki ukuran atau besaran yang dapat dijadikan acuan untuk menaikkan atau menurunkan intensitas cahaya. Jika master lever diatur pada posisi 50 persen (angka 5) maka intensitas cahaya yang dapat dikeluarkan oleh masing-masing lever maksimal hanya 50 persen. Jika master lever diatur pada posisi 0 maka lampu tidak akan menyala meskipun lever dinaikkan sampai 100
Dengan mengatur angka pada master dan lever maka akan didapatkan intensitas cahaya yang dinginkan. Tabel di bawah ini dapat digunakan sebagai patokan untuk mengatur intensitas cahaya. 
Ukuran intensitas yang dihasilkan dalam tabel ini hanyalah ukuran untuk satu atau beberapa lampu sejenis. Ukuran intensitas bisa berubah jika lampu menggunakan filter warna. Warna-warna yang gelap akan mengurangi intensitas cahaya yang dihasilkan. Dengan demikian, pengaturan intensitas cahaya untuk menghasilkan keseimbangan perlu memperhatikan jenis dan kekuatan lampu serta penggunaan filter warna.
Penjelasan di atas masih menyangkut remote control atau control desk yang menggunakan satu set lever dan satu master. Jika jumlah lampu yang digunakan sedikit tidaklah masalah tetapi lampu panggung biasanya jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Satu meja kontrol dengan satu master dan satu set lever tidaklah cukup. Selain itu pemindahan intensitas lampu satu ke lampu lain sangatlah rumit jika hanya menggunakan satu set lever karena tangan pengendali harus menaikkan atau menurunkan masing-masing lever dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk mengatasi hal tersebut perangkat meja kontrol biasanya memiliki dua master atau lebih, lengkap dengan lever-nya. Dengan meja kontrol seperti ini, pengendalian lampu dapat dilakukan melalui proses preset.
Preset adalah mengatur posisi lever pada angka (intensitas) tertentu sementara master dalam keadaan 0. Sehingga ketika nanti dibutuhkan tinggal menaikkan angka master. Lampu yang berada dalam deret lever akan menyala dengan intensitas sesuai angka pada masing­masing lever. Preset ini bisa dilakukan jika master dan baris (set) lever
lebih dari satu. Dalam gambar di atas diperlihatkan dua set lever dan master, bagian atas “A” dan bagian bawah “B”. Ketika bagian “A” sedang dimainkan pada posisi tertentu, bagian “B” bisa digunakan untuk mengatur preset. Dengan menurunkan master “B” pada angka 0 maka lever dapat diatur pada angka tertentu sesuai kebutuhan. Hal ini tidak akan menyebabkan lampu menyala karena level master diturunkan ke angka 0. Ketika lampu pada deret lever “A” selesai dimainkan dan hendak diganti, maka master “B” yang lever-nya telah dipreset dinaikkan dan master “A” diturunkan ke angka 0. Ketika master “B” dimainkan maka lever pada “A” dapat dipreset untuk pencahayaan berikutnya. Dengan mengatur preset maka efisiensi pengendalian lampu dapat dioptimalkan.

5.             Warna Cahaya
Setelah mengetahui secara teknis dasar pemasangan dan pengoperasian lampu maka langkah berikutnya adalah mengenai warna cahaya. Warna cahaya sangat berpengaruh pada suasana panggung. Dalam pertunjukan teater realis yang meniru warna cahaya matahari maka harus benar-benar dibedakan antara warna matahari di saat fajar, pagi, siang, dan sore hari. Kesalahan pemilihan warna dapat berakibat fatal berkaitan dengan latar waktu kejadian peristiwa. Misalnya, seorang pemain mengucapkan kalimat, “Pada saat fajar menyingsing ini, aku bulatkan tekadku!”, sementara warna cahaya yang ditampilkan adalah putih terang. Hal ini akan menimbulkan keanehan karena matahari pada fajar hari berwarna semburat kemerahan dan bukan putih terang.
Untuk menghindari hal tersebut perlu diteliti pemilihan warna cahaya yang tepat sesuai dengan suasana yang dikehendaki. Warna dasar cahaya berbeda dengan warna dasar cat atau pewarna lain. Jika cat memiliki warna dasar merah, kuning, dan biru maka cahaya memiliki warna dasar merah, kuning, dan hijau. Warna sekunder yang dihasilkannya pun berbeda. Merah dicampur hijau akan menghasilkan warna kuning amber. Hijau bercampur biru menjadi biru cyan. Biru bercampur merah menjadi magenta. Jika semua warna dicampur maka akan berubah menjadi putih. Berbeda dengan cat, jika semua warna dicampur akan menjadi coklat tua. Prinsip dasar warna cahaya ini perlu diketahui untuk menghindari kesalah pemaduan warna.
a.       Pencampuran Warna
Pencampuran warna cahaya dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu additive mixing dan subtractive mixing. Pencampuran warna additive adalah pecampuran warna dari dua lampu berwarna berbeda dalam satu area.
Proses pencampuran warna ini sangat efektif terutama untuk jenis lampu yang tidak memiliki garis lingkar cahaya yang tegas seperti lampu fresnel. Pendar cahaya yang mengabur pada sisi luar lingkar cahaya akan saling bertemu dan secara gradual membentuk warna kedua. Warna yang efektif dicampur dalam teknik additive adalah warna-warna primer yang akan menghasilkan warna sekunder.
Pencampuran warna menggunakan teknik subtractive adalah mencampur warna dari satu sumber cahaya (lampu) melalui dua filter warna yang berbeda.
Warna-warna primer kurang efektif digunakan untuk teknik subtractive karena karakternya yang terlalu kuat menyerap cahaya. Warna-warna sekunder lebih tepat untuk teknik subtractive. Teknik subtractive ini biasanya digunakan untuk lampu otomatis yang memiliki palet warna yang dapat berputar sehingga memungkinkan dua warna bercampur

b.       REFLEKSI WARNA
Cahaya yang menyinari sebuah permukaan akan memantul atau menimbulkan refleksi. Di atas telah dijelaskan jenis refleksi yang dapat ditimbulkan oleh cahaya. Pada bahasan ini akan dijelaskan refleksi warna yang ditimbulkan setelah cahaya menyinari sebuah permukaan. Jika cahaya menyinari sebuah permukaan berwarna maka efek refleksinya sama dengan warna yang ada pada permukaan tersebut. Warna cahaya natural adalah putih atau biasa disebut netral. Jika warna cahaya netral menyinari permukaan berwarna merah maka akan menimbulkan refleksi cahaya berwarna merah. 

Cahaya putih yang menerpa permukaan berwarna merah akan memantulkan warna merah
Tetapi jika cahaya berwarna merah matang (setelah diberi filter warna) menyinari permukaan berwarna biru pirmer, maka tidak cahaya yang direfleksikan karena permukaan biru hanya akan merefleksikan cahaya berwarna biru (seperti gambar di atas).
Prinsipnya adalah menggunakan warna cahaya. Cahaya putih atau netral menurut teori warna cahaya mengandung unsur warna merah, biru, dan hijau. Jika cahaya putih menyinari permukaan biru maka akan merfleksikan cahaya biru karena unsur warna merah dan hijau tidak terdapat pada permukaan yang disinari.
Dengan memahami prinsip dasar warna cahaya maka refleksi warna cahaya bisa diperhitungkan. Cahaya putih jika menyinari permukaan kuning amber akan memancarkan cahaya kuning amber.
Warna cahaya kuning amber adalah perpaduan antara warna merah dan hijau. Dengan demikian warna yang terpantulkan oleh cahaya adalah warna merah dan hijau, sedangkan warna biru terserap

Jika cahaya berwarna kuning amber yang merupakan perpaduan merah dan hijau menyinari permukaan berwarna kuning amber maka refleksi warna cahayanya adalah kuning amber (Gb.258)
Jika warna cahaya merah menyinari permukaan kuning amber maka refleksi warna cahaya yang dihasilkan adalah merah karena warna kuning amber pada permukaan mengandung warna merah (Gb.259). Jika warna cahaya biru menyinari permukaan berwarna kuning amber maka cahaya tidak akan merefleksi karena warna kuning amber pada permukaan tidak mengandung warna biru. Cahaya berwarna biru tidak menghasilkan pantulan warna pada permukaan berwarna kuning amber
Karena warna cahaya dapat menghasilkan refleksi warna pada permukaan berwarna maka pemilihan filter warna haruslah benar-benar diperhitungkan. Jangan sampai ada objek yang menjadi nampak sangat terang sementara objek lain jadi kabur karena warna cahaya yang dipilih tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil terbaik, ujicoba penyinaran warna cahaya terhadap permukaan berwarna harus sering dilakukan. Hal ini juga berkaitan dengan bahan dasar permukaan yang akan disinari. Ada bahan atau cat yang mampu menyerap cahaya tetapi ada juga bahan yang justru memantulkan cahaya berlebihan. Selalu mencoba adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk mengetahui karakter warna cahaya, bahan dan warna permukaan, dan refleksi yang dihasilkan.

c.       PENYINARAN
Prinsip dasar penyinaran adalah membuat objek yang disinari jelas terlihat dan cahaya tidak bocor sampai ke penonton atau bagian panggung lainnya yang tidak memerlukan sinar. Tetapi kebutuhan adalah berdasarkan kaya panggung yang artistik maka penyinaran dalam panggung juga harus mampu menghadirkan efek artistik yang dikehendakiDengan mengatur sudut penyinaran efek-efek artistik bisa dimunculkan. Dalam satu cerita atau adegan terkadang membutuhkan pencahayaan tertentu yang tidak hanya asal terang. Misalnya, untuk menghadirkan seorang tokoh misterius dibutuhkan penampakkan siluet, maka lampu harus diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan siluet tokoh tersebut. Dengan mencoba pengaturan sudut datangnya cahaya, maka efek tertentu akan didapatkan
Lampu yang diarahkan langsung ke wajah aktor akan menghasilkan efek flat atau datar.Lampu yang datang dari arah depan dengan intensitas tinggi akan menghapus bayangan pada bagian muka. Tidak ada bayangan pada cekung mata yang mengindikasikan kedalaman. Tidak ada bayangan pada bagian pipi yang memisahkannya dari leher. Tidak ada bayangan pada hidung yang menunjukkan volume. Oleh karena tidak ada bayangan sama sekali, maka wajah aktor nampak datar. Meski demikian, pengambilan dengan sudut seperti ini terkadang dibutuhkan untuk memberi efek cahaya berlebih sehingga orang tersebut nampak bersinar (seperti gambar berikut).

Lampu yang datang 45 derajat dari atas akan memberikan bayangan pada bagian wajah sehingga efek tiga dimensinya terlihat. Dengan sudut pengambilan seperti ini penonton paling tidak bisa menyaksikan lekuk-lekuk wajah sang aktor. Untuk penampakan karakter dengan ketegasan lekuk wajah pengambilan dari sudut ini bisa
Lampu yang datang tepat dari arah atas akan menghasilkan cahaya yang mengalir lurus ke bawah. Wajah aktor mendapatkan sangat sedikit sinar yang memendar dari atas kepalanya. Meskipun wajah hanya sedikit tersinari tetapi efek dramatis bisa dimunculkan. Dengan lampu yang datang tepat dari arah atas maka tidak ada bayangan disekitar aktor.
Lampu yang diletakkan di bagian bawah akan menimbulkan bayangan terbalik secara penuh pada bagian-bagian wajah (Gb.264). Bayangan pada mata akan berubah terang. Efek terang pada tulang pipi dan hindung akan berubah jadi gelap. Sudut pengambilan ini dapat menciptakan efek dramatik pada wajah aktor. Karena posisi bayangan yang terbalik tersebut membuat wajah aktor nampak lain bahkan nampak menyeramkan. 
Lampu yang datang dari arah samping baik kanan atau kiri akan menampakkan bagian samping tubuh dan menutupi samping tubuh yang lain. Dengan sudut pengambilan ini, garis tubuh aktor akan nampak jelas. Lampu samping sering digunakan untuk pertunjukan tari atau teater gerak yang memang menonjolkan lekuk garis tubuh pemainnya.
Lampu yang datang dari arah belakang atas akan memberikan hasil yang berlawanan dengan lampu atas 45 derajat. Selain akan menerangi bagian kepala, cahaya juga akan menyinari rambut dan bahu aktor. Pengambilan sudut ini akan memberikan efek pemisahan antara aktor dan background. Garis cahaya yang nampak pada rambut, dan bahu akan memberikan kesan tiga dimensi sehingga aktor terlihat tidak menempel pada background. Banyak sudut di antara sudut pengambilan di atas yang bisa dicobakan. Tetapi pengambilan sudut harus mempertimbangakn efek yang ingin dicapai sehingga hasilnya benar-benar seperti apa yang diharapkan. 
·      Penyinaran Aktor
Guna menyinari aktor yang mengahadap ke penonton ada teknik dasar yang bisa diterapkan. Selain kejelasan pencahayaan juga harus mampu menampilkan dimensi. Untuk hasil termudah letakkan dua lampu dengan arah atas 45(derajat) pada masing-masing sisi dimana aktor berdiri (Gb.267). Karena sinar cahaya lebih lebar daripada tubuh aktor maka ia bisa bergerak di seputar lingkar cahaya dengan tetap tersinari. Kedua posisi lampu akan membentuk sudut 900 (derajat) sehingga lingkar cahaya yang dihasilkan akan mampu menyinari area yang cukup bagi aktor untuk bergerak. 
Luas ruang penyinaran yang diciptakan oleh dua lampu dan memberikan cukup cahaya untuk aktor ini disebut area. Ukuran area ini bisa disesuaikan dengan menggunakan lampu. Jika jarak pengambilan jauh maka area pun akan membersar demikian juga ketika lingkar cahaya pada lampu spot diperbesar maka cakupan sinarnya pun akan membesar. Penyinaran aktor dengan dua lampu ini menjadi teknik dasar yang dapat diterapkan secara umum pada panggung pertunjukan. Karena masing-masing panggung memiliki ukuran luas dan karakter yang berbeda maka peletakan lampu pun harus menyesuaikan. Oleh karena itu, sudut pengambilan dengan dua lampu ini pun perlu dicobakan.
Ada panggung yang menyediakan baris bar yang memungkinkan pengambilan dengan sudut 450, tetapi ada juga panggung yang tidak memiliki baris bar yang memungkinkan pengambilan sudut 450. Jika terjadi hal semacam ini maka sudut pengambilan pun bisa berubah tetapi prinsip penyinaran aktor dengan dua lampu tetap dilaksanakan.
·         Penyinaran area
Prinsip dasar penyinaran aktor dengan dua lampu bisa diterapkan untuk penyinaran area. Panggung pertunjukan secara umum dibagi menjadi 9 area permainan. Dengan menerapkan prinsip di atas maka masing-masing area disinari oleh minimal dua lampu yang diambil dari sudut 450 pada masing-masing sisinya. Karena ukuran panggung yang berbeda-beda maka jarak pengambilan antara lampu dan area yang akan disinari perlu dipertimbangkan. 
Pertimbangan mendasar yang perlu diperhatikan adalah luas area yang hendak disinari. Hal ini berkaitan dengan luas lingkar cahaya optimal yang bisa dipenuhi oleh masing-masing lampu. Jika sudut pengambilan dan jarak yang ditentukan kurang tepat atau berada di luar jangkauan maksimal lampu maka pendar cahaya yang dihasilkan kabur sehingga tidak bisa memberikan kecukupan cahaya


Beberapa penerangan buatan berwarna yang memberikan efek khusus:
·      Cahaya biru
Membantu manusia untuk tidur serta menenangkan pikiran. Lampu ini baik diterapkan di ruang tidur untuk terapi insomnia serta menenangkan anak – anak yang hiperaktif
·      Cahaya hijau
Memberikan efek yang sanagt baik pada saat kelopak mata dalam keadaan tertutup. Lampu hijau ini ideal untuk relaksasi dan menyeimbangkan emosi. Penggunaan lampu ini di kamar mandi berendam akan memaksimalkan relaksasi
·      Cahaya orange
Mengurangi depresi dan meningkatkan mood manusia. Lampu orange di ruang duduk menciptakan suasana hangat dan komunikasi yang memiliki atmosfer bersahabat. Lampu orange juga meningkatkan selera di ruang makan.
·      Cahaya merah muda
Menciptakan suasana romantis dan hangat. Penggunaan lampu ini juga ideal untuk ruang tidur yang romantis atau untuk terapi rasa kesepian, tidak dicintai, atau sedih
·         Cahaya merah
Gelombang cahaya merah akan meningkatk
an agresivitas manusia sekaligus memberikan kesan eksotis. Anda dapat menggunakan bohlam lampu merah untuk lampu meja di sisi tempat tidur. Cahaya merah juga berfungsi menghangatkan ruang yang dingin
·         Cahaya ungu
Sangat baik untuk terapi mental seperti perilaku obsesif dan neurosis. Dalam otak, sinar ini merangsang otak untuk memproduksi endorphin dalam otak yang menenangkan dan meningkatkan mood manusia. Warna lampu ini sangat membantu proses meditasi, tetapi sebaiknya digunakan dalam jangka waktu pendek. Cahaya ungu merupakan spectrum warna dari sinar matahari yang masuk ke dalam rumah
.

Kita semua paham bahwa cahaya adalah sahabat yang harus betul-betul dimengerti oleh setiap fotografer, tidak meng-enakan memang jika bersahabat hanya harus mengerti tanpa bisa dimengerti he he he, tapi jangan salah, sekali kita mengerti sahabat kita yang satu ini, dia akan memberikan hasil yang mampu membuat kita terkagum-kagum, betapa indahnya foto yang telah kita buat.
Berbicara tentang cahaya (outdoor) tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu: warna cahaya, intensitas cahaya dan arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini kepada pengaruh ketiga hal itu untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan, seperti reflector, screen atau lampu. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk pemotretan landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. Memanfaatkanya berarti bagaimana kita memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang tepat relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang kita inginkan atau imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan.

Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang cahaya sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut, pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera sedangkan pada siang hari, cahaya matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. 
Kondisi ini bisa digambarkan pada skema warna cahaya di bawah ini:

Dari skema tersebut jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu hari, warna Fajar berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara jam 6 sampai jam 8, warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam 10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14. Lalu warna kembali berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kira-kira sama ke arah malam hari lagi. beberapa contoh gambar berikut mungkin bisa memperkuat perbedaan warna cahaya yang terjadi pada rentang waktu tersebut. 


Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya, semakin tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject yang menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow) akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight maka akan semakin riskan gambar kita, karena salah satu di antaranya, entah itu highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung dengan dynamic range kamera yang kita gunakan.

Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa menghasilkan gambar yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap juga sehingga cahaya matahri tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat cahaya menjadi sangat lembut yang merata namun gambar akan terasa datar/flat.

Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai subjek gambar, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sina matahari. Arah cahaya sangat berhubngan dengan intensitas cahaya karena pada cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa menempatkan subject secara langsung terhadap sinar matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada bagian entah itu shadow atau highlight yang dikorbankan
.

MEMANFAATKAN SUMBER CAHAYA MATAHARI SEBAGAI MAIN LIGHT UNTUK PORTRAIT.
Setelah mengetahui karakter cahaya tersebut, maka langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya untuk membentuk light pattern (efek pencahayaan) untuk pemotretan orang (portraiture), Light pattern hanya akan tercipta jika ada cahaya utama yang mengarah langsung ke subject. Cahaya yang rata akibat kondisi berawan seperti gambar 6, tidak akan menghasilkan light pattern. kalau dipersingkat maka formulanya akan seperti ini: Light pattern bisa tercipta jika rasio Highlight/Shadow 1:2 atau lebih. kondisi flat berarti rasionya 1:1. Seperti yang kita ketahui, dalam pengambilan gambar orang untuk out door  ada beberapa jenis efek pencahayaan, yang dibagi berdasarkan arah jatuhnya cahaya yang membentuk bayangan pada wajah, yaitu:
a.    Loop lighting, cirinya adalah terjadinya bayangan hidung yang jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi, jenis pencahayaan ini dapat digunakan pada wanita maupun pria. Catatan: Untuk anak-anak pria dan wanita tidak menjadi soal.
Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 45-50 derajat dari arah datangnya
matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala.

Pada gambar 9/9A, bayangan terbentuk halus akibat cahaya yang mengenainya tidak terlalu keras, tapi masih bisa kita lihat bayangan hidung jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi. Pada gambar 10, kondisi bayangan terlihat lebih tegas karena cahaya yang mengenainya lebih keras dari gambar sebelumnya.

b.    Rembrant lighting, cirinya adalah bayangan membentuk segitiga di bawah satu mata, jenis pencahayaan ini lebih sering digunakan pada pria karena bisa memberikan kesan maskulin dan sedikit misterius. Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 60-70 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala.

c.    Split lighting, cirinya adalah sebagian wajah berada dalam bayangan yang membelah wajah tepat di tengah, jenis pencahayaan ini biasanya digunakan pada pria atau untuk mendapatkan efek dramatis. Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 90 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala.

d.       Butterfly lighting atau sering juga di sebut glamour atau kadang dikenal dengan Hollywood light pattern, pencahayaan ini membentuk bayangan sebeperti kupu-kupu di bawah hidung, biasanya digunakan untuk wanita dengan makeup yang sudah sempurna, artinya contour muka didapat dari penggunaan makeup dan bukan dari lighting. Untuk mendapatkan efek ini, posisikan subject berhadapan dengan matahari saat matahari berada di atas kepala.

e.       Back Lighting, memberikan pencahayaan dari belakang hingga batas bagian belakang menjadi berkilau, back lighting biasanya digunakan untuk memisahkan subjek dengan Back Ground. Semakin rendah intensitas cahayanya maka akan semakin seimbang exposure yang terjadi antara BH dengan subjectnya.

PRAKTEK TATA CAHAYA
Proses kerja penataan cahaya dalam suatu pementasan membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari atau dua hari menjelang pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi tata cahaya tidak hanya sekedar menerangi panggung pertunjukan.  Kehadiran tata cahaya sangat membantu dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja tata cahayanya yang hebat. Untuk hasil yang terbaik, penata cahaya perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari menerima naskah sampai pementasan.