Jumat, 15 Agustus 2014

[TPG] Memahami pengoperasian pencatat adegan

Pada saat rekaman gambar baik di studio atau lokasi film pimpinan kerabat kerja dipegang oleh Sutradara atau Pengarah Acara. Sutradara mengarahkan pemain dan dibantu kerabat kerja teknik seperti juru kamera, juru suara, penata lampu, make up, pencatat adegan juga penata artistik. Film televisi saat itu menggunakan direct recording yaitu suara langsung direkam di lokasi. Juru kamera mengambil gambar mengunakan kamera Arri BL, ST, SR sedangkan juru suara merekam suara dengan peralatan Nagra. Sistem kerja dalam rekaman gambar ini double sistem dimana gambar dan suara terpisah. Film menggunakan ukuran 16 mm sedangkan pita suara ukuran 1/4 inchi yang nantinya saat akan editing di studio pita ini ditransfer ke format 16 mm.
Karena gambar dan suara menggunakan medium terpisah satu sama lain maka haruslah antara keduanya terdapat suatu cara yang menjamin tercapainya keserempakan (sinkronisasi). Untuk mencapai sinkronisasi harus dipenuhi hal-hal berikut ini:

1. Adanya tanda yang merupakan awal yang bersamaan antara gambar dan
suara . Ketika shooting tanda awal ini diberikan oleh clapper board yang
memuat informasi berupa gambar (misal film 1 pita 1) dan clapper ini direkam dulu sebelum pemain berakting. Dengan pedoman ini editor film dapat mensinkronkan gerakan gambar dan suara berdasarkan lipsing mulut pemain.
 

2. Kecepatan antara medium yang merekam gambar (kamera) dengan kecepatan pita suara harus sama. Untuk media televisi keserempakan gambar dan suara mempunyai kecepatan 25 frame per second. Untuk rekaman suara double sistem dapat digunakan pita licin yang diberi perforasi magnetis melalui perekaman pilot signal ( signal yang mensinkronkan ) juga perforated audio tape.

Dalam pengambilan gambar untuk sinkronisasi tidak hanya cukup jika gambar dan suara berjalan dengan kecepatan sama tetapi juga saat permulaan pengambilan gambar. Lazimnya merekam klaper board lebih dulu sebelum pemain berakting. Aba-aba sutradara memerintahkan juru suara dan juru kamera dengan perintah,” sound siap…runing, kamera start…runing” dan clapor boy membacakan film 1 pita 1 ( sebagai contoh saja ) sequence 2 shot 3 lalu mengatupkan papan kleper tersebut dan berbunyi “klak”.
Bunyi “klak” inilah nantinya dijadikan pedoman sinkronisasi di editing berapa frame suara atau gambar saling mendahului. Dengan memencet tombol sinkronisasi inilah didapat ketepatan antara gambar dan suara.
Untuk jelasnya urutan perintah Sutradara pada saat pengambilan gambar film adalah: 


1. “Tape Start” lalu tape recorder dijalankan juru suara yang kemudian menjawab “tape running”.
 

2. “Kamera Start” lalu kamera dijalankan juru kamera yang kemudian menjawab “Camera running”.
 

3. “Claper” dipegang asisten kameramen atau pencatat adegan membacakan claper ini dan mengatupkannya satu sama lain sehingga terdengar bunyi klak.
 

4. “Action” maka pemain film mulai akting .
 

5. ” Cut ” yang menandakan pengambilan gambar selesai.
 

6. ” Retake ” bila pengambilan urutan di atas diulang kembali sebagai pilihan karena kesalahan pemain berakting atau untuk mendapatkan stok gambar lebih banyak lagi.
Dalam shooting selain paket drama juga ada paket dokumentasi. Dalam paket dokumentasi tata cara pengambilan gambar dan suara juga sama. Namun pemakaian klaper board tidak harus digunakan. Sebagai gantinya digunakan tepuk tangan yang di ambil gambar dan suaranya di depan objek yang di shoot.


(Source : http://jazriahanifa.blogspot.com/2014/08/35-memahami-pengoperasian-pencatat.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar