1. Pengertian Tata Cahaya
Tata cahaya adalah seni
pengaturan cahaya dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu
melihat obyek dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan
kesan adanya jarak, ruang, waktu dan suasana dari suatu kejadian yang
dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti
halnya mata manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa
berfungsi secara efektif. Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti
apa bentuk obyek, di mana dia saling berhubungan dengan obyek lainnya, dengan
lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.
Kerja
kamera elektronik sangat dipengaruhi oleh sistem pencahayaan . Hal ini sesuai
dengan karakter sistem proses perekaman gambar oleh kamera elektronik, sehingga
masalah-masalah mengenai tata cahaya sangatlah penting peranannya dalam sebuah
kegiatan perekaman gambar.
Cahaya
menurut sumbernya dibedakan dalam Cahaya bersumber dari alam, seperti cahaya
matahari ( natural light/daylight) dan Cahaya yang diciptakan atau bersumber
dari lampu, api (artifisial light/tungsten)
Sumber cahaya itu sendiri
mempunyai karakteristik jenis cahaya dan intensitas cahaya yang bermacam-macam.
Kita abaikan dulu permasalahan ini, kita coba untuk memperlakukan sebuah sistem
yang aplikatif terhadap kerja kamera.Seperti teori dasar tata
cahaya. Dalam setiap pengambilan gambar dipengaruhi oleh kondisi tata
cahaya yang ada, apapun kondisinya tetapi hasilnyapun juga mengikuti kondisi
tata cahaya tersebut. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal
maka kita dapat mengikuti teori dasar tata cahaya yang berlaku,
walaupun pada praktek kerja kita dapat mengembangkan kreasi kita sesuai
keinginan dan hasil yang akan dicapai.
KUALITAS CAHAYA
a. Hard light
Disebut dengan cahaya keras yang
dihasilkan dari sumber cahaya dengan intensitas yang tinggi, cahaya lebih
bersifat spot. Menghasilkan kekontrasan yang tinggi dan bayangan yang keras
(gelap – terangnya).
b. Soft Light
Disebut juga cahaya yang lembut
karena dihasilkan dari sumber terpendar dan halus biasanya cahaya yang
dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan filter atau elemen penghalus
pemendaran cahaya.Kontras yang dihasilkan lebih tipis sehingga bayangan yang
dihasilkan juga tidak keras.
Cahaya berdasarkan konsep dasar
pencahayan dapat dibedakan :
a. Natural Light
Cahaya natural yang sumber cahaya
dalam satu frame atau adengan maupun scene bersumber dari cahaya yang bersifat
natural. Misalnya cahaya pagi hari dari sebelah timur (key). Maka shot-shot
dalm scene tersebut key lightnya dari arah yang sama.
c. Pictorial Light/Arificial Light
Cahaya yang bersifat artistik
atau ciptaan. dibentuk sesuai kebutuhan artistik, mood sebuah adegan atau
scene. Jadi arah sumber cahaya (key) dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan
artistic gambar atau mood dari adegan tersebut.
Direction of Light
Pencahayaan yang dibedakan
berdasarkan arah cahaya dan jatuhnya cahaya ke subjek dapat dibedakan:
a. Top Light
Cahaya yang datang dari arah atas
subjek, sebagai ambient/base light juga menciptakan suasana tertekan pada
subjek.
b. Eye Light
Cahaya yang ditujukan pada posisi
mata subjek guna untuk menguatkan kekuatan yang dimunculkan dari mata.
c.Accent Light
Cahaya yang dibuat sebagai aksen
diluar subjek untuk menciptakan kedalaman dan mood tertentu. Biasanya ditujukan
pada background
Color Temperature (Suhu Warna)
Suhu cahaya yang berbeda
akan menghasilkan suhu warna yang berbeda pula. Lampu neon memberikan cahaya
berwarna hijau kebiru-biruan, lampu tangsten halogen menghasilkan warna kuning
kemerah-merahan, sinar cahaya matahari memancarkan warna putih
kebiru-biruan.
Perbedaan ini sebenarnya karena
adanya perbedaan derajad suhu warna yang diukur dalam Derajad Kelvin.
Semakin rendah derajad Kelvin,
maka suhu warnanya kemerah-merahan sedangkan semakin tinggi derajad Kelvinnya
maka suhu warna cenderung kebiru-biruan.
Daftar derajad Kelvin dengan
sumber cahaya
10.000 Kelvin
|
Langit
biru
|
9.000 Kelvin
|
Langit
mendung
|
7.000 Kelvin
|
|
5.600 Kelvin
|
Cahaya
matahari (DAY LIGHT)
|
4.900 Kelvin
|
Lampu
Neon
|
4.200 Kelvin
|
2 jam
setelah matahari terbit/
Sebelum
terbenam (TUNGSTEN)
|
3.800 Kelvin
|
1 Jam
setelah matahari terbit
|
3.200 Kelvin
|
Lampu
halogen
|
2.800 Kelvin
|
Lampu
Pijar
|
2.200 Kelvin
|
Matahari
terbit/terbenam
|
1.600 Kelvin
|
Cahaya
Matahari
|
Jika kita melihat matahari atau
lampu buatan manusia lainnya, maka cahaya yang dihasilkan adalah pijar putih
atau kuning. Jadi cahaya tersebut merupakan perpaduan dari beberapa HUE dalam
spektrum.Apabila berbeda sumber pencampurannya maka akan menghasilkan campuran
yang berbeda pula yang ditangkap oleh mata manusia.
2. PRINSIP DASAR TATA CAHAYA
Ini sudah menjadi rumusan atau
formula dasar sebuah pencahayaan dalam produksi video, film, dan foto. Tiga
poin penting itu terdiri atas : Key Light, Fill Light, Back Light
a. Key Light
Pencahayaan utama yang diarahkan
pada objek. Keylight merupakan sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya
keylight lebih terang dibandingkan dengan fill light. Dalam desain 3 poin
pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut 45 derajat di atas subjek.Fill
Light
b. Fill light
Pencahayaan pengisi, biasanya digunakan
untuk menghilangkan
bayangan objek yang disebabkan oleh key light. Fill light ditempatkan
berseberangan dengan subyek yang mempunyai jarak yang sama dengan keylight.
Intensitas pencahyaan fill light biasanya setengah dari key light.
c. Back Light
Pencahayaan dari arah belakang
objek, berfungsi untuk meberikan dimensi agar subjek tidak “menyatu” dengan
latar belakang. Pencahyaan ini diletakkan 45 derajat di belakang subyek.
Intensitas pencahyaan backlight sangat tergantung dari pencahayaan key light
dan fill light, dan tentu saja tergantung pada subyeknya. Misal backlight untuk
orang berambut pirang akan sedikit berbeda dengan pencahayaan untuk orang
dengan warna rambut hitam.
3. Fungsi tata cahaya
Tata cahaya yang hadir di atas panggung dan menyinari
semua objek sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bagi sutradara,
aktor, dan penonton untuk saling melihat dan berkomunikasi. Semua
objek yang disinari memberikan gambaran yang jelas kepada penonton
tentang segala sesuatu yang akan dikomunikasikan. Dengan cahaya,
sutradara dapat menghadirkan ilusi imajinatif. Banyak hal yang bisa dikerjakan bekaitan
dengan peran tata cahaya tetapi fungsi dasar tata cahaya ada empat, yaitu
penerangan, dimensi, pemilihan, dan atmosfir (Mark Carpenter, 1988).
- Penerangan. Inilah
fungsi paling mendasar dari tata cahaya. Lampu memberi penerangan pada pemain
dan setiap objek yang ada di atas panggung. Istilah penerangan dalam tata
cahaya panggung bukan hanya sekedar memberi efek terang sehingga bisa dilihat
tetapi memberi penerangan bagian tertentu dengan intensitas tertentu. Tidak
semua area di atas panggung memiliki tingkat terang yang sama tetapi diatur
dengan tujuan dan maksud tertentu sehingga menegaskan pesan yang hendak
disampaikan melalui laku aktor di atas pentas.
- Dimensi. Dengan tata cahaya kedalaman
sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat diciptakan dengan membagi sisi
gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu perspektif tata
panggung. Jika semua objek diterangi dengan intensitas yang sama maka gambar
yang akan tertangkap oleh mata penonton menjadi datar. Dengan pengaturan tingkat
intensitas serta pemilahan sisi gelap dan terang maka dimensi objek akan
muncul.
- Pemilihan. Tata cahaya
dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang hendak disinari. Jika
dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adeganmenggunakan kamera maka
sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam pementasan tertentu,
penonton secara normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan
fokus perhatian pada area atau aksi tertentu sutradara memanfaatkan cahaya.
Pemilihan ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton tetapi juga bagi
para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
- Atmosfir. Yang paling menarik dari
fungsi tata cahaya adalah kemampuannya menghadirkan suasana yang mempengaruhi
emosi penonton. Kata “atmosfir” digunakan untuk menjelaskan suasana serta emosi
yang terkandung dalam peristiwa lakon.Tata cahaya mampu menghadirkan suasana
yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya teknologi pencahayaan panggung,
efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari pada
waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbeda dengan siang
hari. Sinar mentari pagi membawa kehangatan sedangkan sinar mentari siang hari
terasa panas. Inilah gambaran suasana dan emosi yang dapat dimunculkan oleh
tata cahaya
Keempat fungsi pokok tata
cahaya di atas tidak berdiri sendiri. Artinya, masing-masing fungsi memiliki
interaksi (saling mempengaruhi). Fungsi penerangan dilakukan dengan memilih
area tertentu untuk memberikan gambaran dimensional objek, suasana, dan emosi
peristiwa. Gambar berikut memperlihatkan interaksi fungsi pokok tata cahaya.
Selain keempat fungsi pokok di
atas, tata cahaya memiliki fungsi pendukung yang dikembangkan secara berlainan
oleh masing-masing ahli tata cahaya. Beberapa fungsi pendukung yang dapat
ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut.
- Gerak. Tata cahaya tidaklah statis.
Sepanjang pementasan, cahaya selalu bergerak dan berpindah dari area satu ke
area lain, dari objek satu ke objek lain. Gerak perpindahan cahaya ini mengalir
sehingga kadang-kadang perubahannya disadari oleh penonton dan kadang tidak.
Jika perpindahan cahaya bergerak dari aktor satu ke aktor lain dalam area yang
berbeda, penonton dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi pergantian cahaya dalam
satu area ketika adegan tengah berlangsung terkadang tidak secara langsung
disadari. Tanpa sadar penonton dibawa ke dalam suasana yang berbeda melalui
perubahan cahaya.
- Gaya. Cahaya dapat menunjukkan gaya
pementasan yang sedang dilakonkan. Gaya realis atau naturalis yang mensyaratkan
detil kenyataan mengharuskan tata cahaya mengikuti cahaya alami seperti
matahari, bulan atau lampu meja. Dalam gaya Surealis tata cahaya diproyeksikan
untuk menyajikan imajinasi atau fantasi di luar kenyataan seharihari. Dalam
pementasan komedi atau dagelan tata cahaya membutuhkan tingkat penerangan yang
tinggi sehingga setiap gerak lucu yang dilakukan oleh aktor dapat tertangkap
jelas oleh penonton.
- Komposisi. Cahaya dapat
dimanfaatkan untuk menciptakan lukisan panggung melalui tatanan warna yang
dihasilkannya.
- Penekanan. Tata cahaya
dapat memberikan penekanan tertentu pada adegan atau objek yang dinginkan.
Penggunaan warna serta intensitas dapat menarik perhatian penonton sehingga
membantu pesan yang hendak disampaikan. Sebuah bagian bangunan yang tinggi yang
senantiasa disinari cahaya sepanjang pertunjukan akan menarik perhatian
penonton dan menimbulkan pertanyaan sehingga membuat penonton menyelidiki
maksud dari hal tersebut.
- Pemberian tanda. Cahaya
berfungsi untuk memberi tanda selama pertunjukan berlangsung.
Misalnya, fade out untuk mengakhiri sebuah adegan, fade
in untuk memulai adegan dan black out sebagai akhir
dari cerita. Dalam pementasan teater tradisional, black out biasanya
digunakan sebagai tanda ganti adegan diiringi dengan pergantian set
4.
Peralatan Tata Cahaya
Kerja tata cahaya adalah kerja pengaturan sinar di atas
pentas. Kecakapan dalam mendisitribusi cahaya ke atas pentas sangat dibutuhkan.
Dengan peralatan tata cahaya, kontrol atau kendali atas distribusi cahaya itu
dikerjakan. Penata cahaya perlu mengendalikan intensitas, warna, arah, bentuk,
ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus cahaya. Semua kendali
itu bisa dimungkinkan karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang
untuk tujuan tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata
cahaya.
a. Bohlam
Bohlam
(bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas
envelope, filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat
dari gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan
mencegahnya dari kebakaran.
Gb.204
Bohlam
Filament
merupakan komponen yang mengubah panas listrik menjadi cahaya. Ukuran dan
bentuknya bermacam-macam disesuaikan dengan ketahanan panas dan hasil cahaya
yang dinginkan. Karena filament menghasilkan cahaya dari panas maka ia juga
menjadi lemah karena panas sehingga mudah rusak. Oleh karena itu pemasangan dan
pelepasan bohlam hendaknya dilakukan dengan hati-hati apalagi ketika kondisinya
sedang menyala. Base, adalah dasaran untuk meletakkan bohlam pada dudukan yang
sesuai dan merupakan komponen yang menghubungkan filament dengan arus listrik.
Jenis dan bentuk base berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan dudukan yang
disediakan pada masing-masing jenis dan merk lampu dari pabrikan tertentu.
Gambar di
atas memperlihatkan aneka ragam bentuk bohlam. Hampir semua bohlam dibuat
terpisah dengan reflektornya tetapi pada lampu PAR bohlam dibuat satu unit dengan
reflektor dan lensa sehingga jika bohlam mati maka semua unit komponennya harus
diganti. Pada dasarnya jenis bohlam lampu panggung ada tiga yaitu; tungsten,
tungsten-halogen, dan discharge. Tungsten digunakan untuk lampu di bawah 1000
watt. Tungsten-halogen untuk lampu 1000 watt ke atas. Sedangkan discharge
adalah lampu yang hanya bisa dioperasikan secara manual seperti lampu
followspot. Penggunaan jenis bohlam ini didasari pada ketahanan material
menahan panas tinggi dalam kurun waktu yang lama. Karena bekerja dengan panas,
maka kualitas bohlam menurun seiring penggunaan waktu dan batas waktu hidupnya
(lifetime) telah ditentukan (terbatas).
b. Reflektor dan
Refleksi
Untuk
memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan reflektor. Cahaya
yang hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak terarah
pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari bohlam
dapat ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan tiga
jenis reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic.
Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang
mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak
masing-masing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut
cahaya yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki dua focal point
(tittik temu fokus cahaya). Focal point 1 berasal dari titik fokus sumber
cahaya (bohlam) kemudian memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya
membentuk titik focal point 2 baru kemudian menyebar (Gb.206).
Gb.206
Reflektor elipsoidal
Reflektor
spherical memiliki bentuk sisi yang membulat. Jenis reflektor ini memancarkan
seluruh cahaya langsung dari titik focal point ke reflektor yang
merefleksikannya kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar. Jika
dibuat garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya yang ditempuh masing-masing
garis cahaya adalah sama. Gambar 207 memperlihatkan refleksi cahaya melalui
reflektor spherical.
Gb.207
Reflektor spherical
Reflektor
parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini merefleksikan
cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar secara paralel
membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter reflektor
(Gb.208). Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung
dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor
parabolic adalah lampu senter.
Gb.208
Refleksi prabolic
Selain
refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami refleksi
setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah
mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse,
spread, dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya
tanpa mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya (Gb.209).
Gb.209
Refleksi specular
Refleksi
diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul dengan
pendar yang merata ke segala arah (Gb.210). Contoh dari refleksi diffuse adalah
ketika cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
Gb.210
Refleksi diffuse
Refleksi
spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masingmasing garis
cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi
garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain
(Gb.211). Contoh refleksi spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan
aluminium foil.
Gb.211 Refleksi spread
Refleksi
mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa garis cahaya
dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis cahaya
dipantulkan seperti cermin (Gb.212). Contoh refleksi mixed adalah ketika cahaya
menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang
mengkilat.
Gb.212 Refleksi mixed
c. Lensa
Cahaya
memerlukan pembiasan atau pembelokan sehingga besar kecilnya ukuran cahaya bisa
diatur. Alat yang digunakan untuk membiaskan cahaya adalah lensa yang terbuat
dari gelas kaca atau semacam plastik. Ada tiga jenis lensa yang digunakan dalam
lampu panggung, yaitu lensa plano convex, fresnel, dan pebble convex. Lensa
plano concex sisi luarnya berbentuk cembung (kurva) dan memiliki permukaan yang
halus. Lensa yang biasa disebut sebagai PC ini
digunakan untuk membentuk lingkaran cahaya yang garis tepinya jelas kelihatan
(hard edge). Ukuran dan ketebalan lensa sangat tergantung dari ukuran dan
intensitas hasil cahaya yang dikehendaki.
Lensa
fresnel adalah lensa yang permukaannya membentuk cetakan bergerigi (Gb.214).
Lampu yang menggunakan lensa ini akan menghasilkan lingkaran cahaya yang garis
tepinya lembut (soft edge). Ketebalan lensa fresnel lebih tipis dari lensa PC.
Garis lembut lingkaran cahaya yang dihasilkan memungkinkan untuk pencampuran
warna pada area penyinaran. Sedangkan lensa pebble convex memiliki permukaan
luar sama dengan lensa PC tetapi sisi dalamnya bergerigi seperti fresnel
(Gb.215). Lensa ini sering juga disebut sebagai step lens. Karakter Cahaya yang
dihasilkannya berada di antara PC dan fresnel.
d. Lampu
Istilah
lampu yang digunakan di sini tidak mengacu pada kata lamp tetapi lantern. Kata
lamp diartikan sebagai bohlam dan lantern sebagai lampu dan seluruh
perlengkapannya termasuk di dalamnya bohlam. Istilah lantern digunakan sebagai
pembeda antara lampu panggung terhadap lampu rumahan. Dalam lampu
panggung ada terdapat banyak jenis lampu. Akan tetapi, secara mendasar
dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu flood dan spot. Flood
memiliki cahaya dengan sinar yang menyebar sedangkan spot memiliki sinar yang
menyorot terarah. Semua lampu memiliki keistimewaan tersendiri dalam
menghasilkan cahaya. Perkembangan teknologi lampu panggung terkadang
menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengkombinasikan prinsip dan unsur yang
ada di dalamnya. Tugas utama dari lampu panggung adalah menghadirkan
cahaya, warna, dan bentuk yang dapat disesuaikan dan diarahkan menurut
kebutuhan.
1. Floodlight
Bentuk
paling sederhana dalam khasanah lampu panggung adalah floodlight (Gb.216).
Bohlam dan reflektor diletakkan dalam sebuah kotak yang dapat diarahkan ke
kanan dan ke kiri serta ke atas dan ke bawah untuk mengatur jatuhnya cahaya.
Tidak ada pengaturan khusus lain yang bisa dilakukan seperti pengaturan bentuk,
ukuran sinar, dan fokus. Sifat menyebar dari sinar cahaya yang dihasilkan
membuat besaran area yang disinari tergantung dari jarak lampu terhadap objek.
Karena
keterbatasannya, lampu flood tidak efektif digunakan untuk menyinari
aktor. Sifatnya yang mengandalkan jarak membuat sinar cahaya mengabur pada
objek yang jauh letaknya. Luas area penyinaran lampu flood sangat
tergantung dari besarnya watt dan reflektor yang
digunakan.
Jadi, lampu flood standar dengan kekuatan 1000 watt mampu menyinari area yang
lebih luas dibandingkan yang berkekuatan 500 watt. Penggunaan lampu flood
efektif untuk menyinari backdrop (siklorama) atau objek tertentu dengan jarak
dekat. Lampu flood yang menggunakan watt besar dan dikhususkan untuk menyinari
backdrop disebut cyc-light
Lampu
flood dapat dikombinasikan dengan merangkai beberapa lampu dalam satu wadah
(compartment). Warna diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu kotak terdapat
beberapa lampu yang memiliki warna sama. Beberapa lampu flood yang dirangkai
dalam satu kotak dan digantung di atas panggung ini disebut dengan batten atau
striplight
Fungsi
lampu ini adalah untuk menyinari backdrop atau siklorama dari atas. Tetapi jika
rangkaian tersebut diletakkan di bawah pada panggung depan dengan tujuan untuk
menyinari aktor dari bawah disebut dengan footlight. Jika rangkaian ini
diletakkan di bawah tetapi tidak di bagian depan panggung dengan tujuan untuk
menyinari backdrop atau objek tertentu dari bawah disebut dengan groundrow.
2. Scoop
Lampu
scoop adalah lampu flood yang menggunakan reflektor ellipsoidal dan dapat
digunakan untuk berbagai macam keperluan. Sinar cahaya yang dihasilkan memancar secara
merata dengan lembut. Lampu scoop ada beberapa jenis yang dirancang khusus
untuk bohlam tertentu. Ada yang menggunakan bohlam pijar biasa ada yang
menggunakan bohlam tungsten. Tetapi secara umum, scoop dapat
menggunakan bohlam pijar dan tungsten-halogen. Lampu ini sangat
efisien untuk menerangi areal tertentu yang terbatas. Karakter cahayanya yang
lembut membuat lampu scoop sangat ideal untuk memadukan warna cahaya. Selain
digunakan untuk panggung teater dan teater boneka, scoop juga digunakan
untuk televisi, studio photografi, dan gedung yang membutuhkan penerangan
khusus seperti museum.
3. Fresnel
Fresnel
merupakan lampu spot yang memiliki garis batas sinar cahaya yang lembut. Lampu ini menggunakan
reflektor spherical dan lensa fresnel (Gb.220). Karena karakter lensa fresnel
yang bergerigi pada sisi luarnya maka bagian tengah lingkaran cahaya yang
dihasilkan lebih terang dan meredup ke arah garis tepi cahaya. Pengaturan
ukuran sinar cahaya dilakukan dengan menggerakkan bohlam dan reflektor
mendekati lensa. Semakin dekat bohlam dan reflektor ke lensa maka lingkaran
sinar cahaya yang dihasilkan semakin besar. Sifat lingkaran cahaya yang lembut
memungkinkan dua atau lebih lampu fresnel memadukan warna cahaya pada objek
atau area yang disinari. Kekurangan dari lampu fresnel adalah intensitas cahaya
tertinggi ada pada pusat lingkaran cahaya sehingga jika seorang aktor berdiri
agak jauk dari pusat lingkaran cahaya maka ia kurang mendapat cukup cahaya.
Lampu
fresnel dibuat dengan berbagai macam variasi ukuran lensa dan kekuatan (daya).. Ukuran
lensa dan kekuatan daya mempengaruhi hasil pencahayaan.
Diameter
lensa dan daya yang kecil menghasilkan jarak penyinaran yang tidak jauh.
Artinya, ia tidak bisa menyinari objek yang jauh. Setiap lampu memiliki
jarak cahaya minimum dan maksimum. Jika pengaturan lampu melebihi jarak yang
ditetapkan maka cahaya yang dihasilkan menjadi tidak fokus (buram) atau terlalu
terang.
Selain
itu, karena sifatnya yang sedikit menyebar maka jika jarak lampu terlalu jauh
dari objek sebaran cahayanya akan menerobos ke objek lain. Karena sifatnya ini,
lampu fresnel tidak tepat jika dipasang di baris depan panggung proscenium
(apron) karena sebaran cahayanya bisa menerangi bingkai panggung. Fresnel lebih
efektif di pasang untuk menyinari panggung tengah.
4. Profile
Lampu
profile termasuk lampu spot yang menggunakan lensa plano convex sehingga
lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan memiliki garis tepi yang tegas. Dengan
mengatur posisi lensa, maka lingkaran sinar cahaya bisa disesuaikan. Jika lampu
profile dalam keadaan fokus maka batas lingkaran cahaya akan jelas terlihat dan
jika tidak fokus batas lingkaran cahayanya akan mengabur meskipun tidak
selembut lampu fresnel. Lampu profile digunakan karena besaran lingkaran cahaya
dan derajat penyinarannya bisa diatur sedemikian rupa. Selain bentuk sinar
cahaya yang melingkar lampu profile dapat membentuk cahaya secara fleksibel
dengan bantuan shutter. Shutter atau penutup cahaya ini terpasang di empat sisi
(atas, bawah, kanan, dan kiri). Dengan mengatur posisi shutter ini maka bentuk
cahaya yang dinginkan dapat dikreasikan.
Di
Amerika lampu ini disebut ERS (Ellipsoidal Relfector Spotlight) atau lampu spot
yang menggunakan relfektor ellipsoidal. Dapat juga disebut lekolite atau leko
(di Indonesia sering disebut lampu elips atau profil). Lampu ERS generasi
pertama menempatkan bohlam 45 derajat dari garis axis (poros bumi),
reflektor, dan posisi lensa (Gb.222). Lampu ini disebut ERS radial. Lampu ERS
modern menempatkan bohlam sejajar dengan axis dan sistem optik. Lampu ini
disebut ERS Axial (Gb.223). Jika penempatan bohlam tidak sejajar atau presisi
antara focal point dan reflektor maka efisiensi dan keserasian cahayanya akan
terganggu.
Berbagai
bentuk dan ukuran lampu profil dibuat untuk kepentingan pencahaayan panggung
(Gb.224). Namun lampu profil atau ERS ini pada dasarnya hanya memiliki tiga
jenis lampu, yaitu standard, bifocal, dan zoom. Lampu standar
menggunakan satu lensa. Pengaturan fokusnya dengan mendekatkan lensa ke bohlam.
Untuk mengatur bentuk cahaya terdapat shutter yang dapat mengatur bentuk cahaya
secara fleksibel. Di depan shutter ada slot untuk iris yang dapat mengatur
cahaya berbentuk melingkar. Slot untuk iris ini juga dapat digunakan untuk
menempatkan gobo (plat metal bermotif yang dapat meproyeksikan cahaya sesuai
gambar motif yang ada).
Lampu
bifocal adalah lampu profil standar yang ditambahi dengan shutter tambahan.
Shutter tambahan ini diletakkan di luar fokus sehingga lampu dapat menghasilkan
lingkaran cahaya yang tegas dan lembut sekaligus. Seiring perkembangan, lampu
bifocal sudah tidak diterbitkan lagi. Sedangkan lampu zoom menggunakan dua
lensa plano convex yang dipasang secara berhadapan (belly to belly). Lensa yang
pertama mengatur fokus (seperti pada lampu profil standar) dan lensa yang kedua
untuk mengatur ukuran lingkar sinar cahaya. Kombinasi lensa yang dilakukan pada
lampu standard dan bifocal dapat mengubah ukuran lingkaran sinar cahaya tetapi
bagaimanapun juga kemungkinannya terbatas.
Dengan
lampu zoom ukuran lingkaran sinar cahaya dapat diatur pada sebarang titik
(nilai) antara minimal dan maksimal hanya dengan menggeser tombol atau pegangan
(knob) yang telah disediakan.
5. Pebble Convex
Struktur
lampu ini sama dengan fresnel yaitu menggunakan reflektor spherical. Yang
membedakan adalah digunakannya lensa pebble convex. Pada mulanya, terdapat pula
lampu semacam ini dengan menggunakan lensa plano convex dan sering disebut
dengan lampu PC. Lampu PC (plano convex) tidak lagi diproduksi di Amerika dan
yang sampai sekarang masih digunakan (terutama di Eropa) adalah lampu pebble
convex atau prism convex (Gb.227). Untuk mengatur ukuran lingkaran sinar cahaya
lampu dan reflektor didekatkan ke lensa. Karena menggunakan lensa pebble convex
maka garis sinar cahaya yang dihasilkan berada di antara fresnel yang
berkarakter lembut dan profile yang berkarakter tegas. Lampu ini sangat bermanfaat
ketika garis sinar cahaya yang tegas tidak diperlukan sementara garis sinar
cahaya yang lembut terlalu kabur.
6. Follow Spot
Lampu
follow spot sering juga disebut lime adalah lampu yang dapat dikendalikan
secara langsung oleh operator untuk mengikuti gerak laku aktor di atas
panggung.
Karena
dikendalikan secara manual maka lampu ini memiliki struktur yang kuat
baik secara optik maupun mekanik. Keseimbangan diatur sedemikian rupa sehingga
gerak ke atas dan ke bawah, ke kanan dan kekiri dapat mengalir dengan baik.
Pengaturan besar kecilnya ukuran lingkaran sinar cahaya, fokus, dan warna
diatur oleh pengendali. Untuk menempatkan lampu ini diperlukan dudukan (stand)
khusus yang dapat diputar dan diatur tinggi rendahnya. Untuk lampu yang
berukuran besar, stand yang digunakan biasanya memiliki roda sehingga
memudahkan dalam memindahkan lampu dari tempat satu ke tampat lain.
Lampu
follow spot menggunakan bohlam jenis discharge yang kuat menahan panas tinggi
serta mampu menahan goncangan dan dapat menghasilkan intensitas cahaya yang
tinggi. Penggunaan bohlam discharge tidak memungkinkan lampu dikontrol secara
elektrik karena sifatnya hanya on-off dan tidak bisa diredupkan dengan dimmer.
Garis lingkaran sinar cahaya sangatlah jelas terlihat. Lampu ini biasanya
mengikuti atau menyorot seorang aktor secara khusus dalam areal yang khusus.
7. PAR
PAR atau
dapat juga ditulis dengan par adalah lampu yang bohlam, reflektor, dan lensanya
terintegrasi. Par merupakan singkatan dari parabolic aluminized reflector.
Dengan demikian unit lampu par menggunakan lensa parabolik. Karena lampu par
adalah berbentuk satu kesatuan (unit) maka ukuran sinar cahayanya tidak dapat
disesuaikan kecuali dengan mengganti lampunya. Ukuran diameter dan watt lampu
par bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah par 36, 38, 46, 56, dan 64.
Daya yang
digunakan berkisar antara 50 sampai dengan 1000 watt. Untuk mengukur diameter
lampu par sangatlah mudah yaitu dengan membagi nomor par dengan 8 inchi.
Misalnya, lampu par 56 memiliki diameter 7 inchi (56:8 = 7). Besaran sinar
cahaya yang dihasilkan sangat tergantung dari ukuran diameter lampunya.
Sedangkan intensitas dan jarak cahaya tergantung dari besaran dayanya. Meskipun
lampu par memungkinkan penggunaan bohlam jenis discharge tetapi umumnya untuk
keperluan panggung bohlam yang digunakan berjenis tungsten halogen.
Lampu par
ditempatkan dalam wadah (housing) yang disebut par can atau kaleng par yang
memungkinkan lampu untuk digerakkan, diarahkan, dan diberi warna. Ukuran wadah
menyesuaikan dengan ukuran lampu yang dipasang di dalamnya. Sinar cahaya yang
dihasilkan berkarakter lembut dan lebih berbentuk oval ketimbang circular
(melingkar). Untuk mengetahui jenis karakter serta bentuk sinar yang dihasilkan
maka lampu par menyediakan berbagai macam variasi dengan mengkombinasikan
bentuk lensa yang digunakan. Misalnya, lampu par 64 menyediakan berbagai macam
variasi yang bisa dipilih, yaitu VNSP, NSP, MFL, WFL. VSP atau Very Narrow Spot
adalah lampu par yang mampu menghasilkan titik sinar yang sangat sempit. NSP
(Narrow Spot) menghasilkan sinar yang sempit. MFL (Medium Flood) menghasilkan
karakter sinar flood menengah. WFL (Wide Flood) menghasilkan karakter sinar
flood yang melebar.
Par
merupakan lampu yang efektif dalam menghasilkan sinar. Lampu ini sering
digunakan dalam pentas pertunjukan musik indoor maupun outdoor dan mampu
menghadirkan cahaya yang kuat. Karena ukurannya telah tertentu maka pemilihan
lampu par sangat tergantung dari luas dan jarak area yang akan disinari.
8. Efek
Lampu
efek adalah lampu yang menghadirkan cahaya khusus untuk kepentingan tertentu.
Misalnya dalam sebuah pertunjukan teater menghendaki lukisan cahaya yang penuh
fantasi maka digunakanlah lampu efek yang dapat menciptakan lukisan cahaya
tersebut. Terdapat aneka macam lampu efek , diantaranya mirror ball, moving
light, tetapi semua sangat tergantung kebutuhan dan kepentingan artistik.
Gambar 231 memperlihatkan beberapa lampu efek yang sering digunakan di atas
panggung.
9. Practical
Yang
dimaksud dengan lampu practical adalah lampu yang digunakan sehari-hari tetapi
diperlukan dalam sebuah pementasan. Misalnya lampu belajar, lampu gantung atau
lampu hiasan dinding. Dalam pertunjukan teater yang menghadirkan latar cerita
realis yang berdasar pada kenyataan, tata panggung dibuat menyerupai keadaan
sebenarnya. Jika dalam cerita menghendaki adanya lampu gantung di satu rumah
mewah maka lampu tersebut harus dihadirkan. Jika cerita terjadi malam hari dan
lampu tersebut harus dinyalakan maka lampu gantung itupun dinyalakan. Karena
keadaan di panggung berbeda dengan kenyataan, maka tugas penata lampu adalah
mengatur teknik pencahayaan sehingga sumber cahaya seolah-olah hanya berasal
dari lampu gantung.
e. Perlengkapan Pemasangan
Untuk
memasang lampu di atas pentas dibutuhkan berbagai macam perlengkapan
pemasangan. Perlengkapan tersebut ada yang telah terpasang secara permanen dan
ada yang dapat dipindahpindahkan. Di bawah ini akan dijelaskan perlengkapan
pemasangan lampu yang terdiri dari bar dan boom, stand, serta clamp dan
bracket.
1. Bar dan Boom
Perlengkapan
pemasangan lampu harus dibuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan berat
sejumlah lampu yang dipasang. Dalam panggung biasanya terdapat baris untuk
menggantungkan lampu yang dibuat dari pipa besi dan di ataur secara horisontal
dan vertikal. Pipa besi yang dipasang secara horisontal ini
disebut bar (di Amerika disebut pipe), dan yang dipasang secara
vertikal disebut boom. Bar digunakan untuk menggantungkan lampu di atas
panggung yang terdiri dari beberapa baris mulai dari atas siklorama sampai ke
baris depan di atas penonton. Dalam panggung modern bar tidak dibuat statis
melainkan bisa diturunkan dan dinaikkan sehingga jarak dan sudut lampu dapat
disesusaikan dengan mudah. Berbeda dengan boom yang dipasang di sayap panggung
secara vertikal dan permanen. Fungsi boom adalah untuk memasang lampu samping.
2. Stand
Perlengkapan
untuk menggantungkan lampu yang bisa berpindah-pindah adalah stand. Sebuah pipa
yang terbuat dari logam kuat yang dapat berdiri dengan tegak dan kuat menahan
berat lampu yang dipasang.
Stand
yang khusus dipakai untuk lampu follow spot dibuat sedemikian rupa sehingga
lampu yang dipasang di atasnya bisa digerakkan ke kanan, ke kiri, ke atas, dan
ke bawah secara manual. Tinggi rendah stand dapat diatur.
Selain
untuk follow spot yang bentuknya berdiri secara vertikal ada juga stand yang di
atasnya dipasangi bar yang dapat digunakan untuk menggantung lampu. Stand jenis ini disebut T-bar
stand. Dengan stand jenis ini maka lampu dapat dipasang pada tiang vertikal
ataupun horisontal. Beberapa stand yang dibuat dari besi dan berukuran besar
menggunakan roda pada kaki-kakinya agar mudah dipindahkan. Stand sangat
bermanfaat ketika boom yang terpasang secara permanen kurang memadahi atau
jaraknya tidak tepat seperti yang dinginkan.
3. Clamp dan Bracket
Untuk
menggantungkan lampu pada bar dibutuhkan klem (clamp) sedangkan untuk
menggantungkan lampu pada boom dibutuhkan siku (bracket) yang disebut boom arm.
Kelem yang umum digunakan berbentuk leter “C” dan sering disebut dengan C-clamp
atau hook clamp. Untuk mengencangkan atau mengunci kelem ke bar digunakan
sekrup. Bentuk dan ukuran hook clamp ini bervariasi tetapi fungsinya sama saja.
Boom arm dipasang pada boom atau batang stand vertikal. Ujungnya digunakan
untuk memasang lampu.
Untuk
mengencangkan dan mengendorkan menggunakan skrup. Pada boom arm generasi lama
menggunakan dua plat besi yang berfungsi untuk menggapit boom dan menggunakan
dua buah sekrup untuk mengencangkannya. Hasilnya memang plat akan terkait
dengan kuat pada boom tetapi sulit ketika hendak mengatur atau menggeser
posisinya. Boom arm yang baru, menggunakan hook clamp dengan satu
f. Asesoris
Cahaya
yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sedemikian rupa. Selain karena faktor
reflektor, bohlam, dan lensa pengaturan cahaya dapat diperkaya dengan menambah
asesoris. Di bawah ini dijelaskan asesoris yang dapat dipergunakan untuk
memperkaya pencahayaan.
1. Filter
Filter
atau color adalah plastik warna yang digunakan untuk memberi warna pada cahaya
(Gb.236). Filter adalah asesori yang paling penting untuk mengubah warna
natural cahaya yang dihasilkan lampu sesuai keinginan dengan cara memasang
filter di depan perangkat. Filter biasanya berbentuk lembaran. Jika hendak
digunakan maka harus dipotong sesuai dengan ukuran.
2. Barndoor
Barndoor
adalah sebuah alat yang memiliki sirip atau penutup yang dapat diatur dan
disesuaikan (Gb.238). Barndoor digunakan untuk mengatur pendaran cahaya dalam
artian mencegah cahaya bocor ke areal yang tidak dinginkan.
Barndoor
memiliki empat sisi penutup yang dapat diputar dan disesuaikan posisinya pada
dudukan. Biasanya barndoor dipasang pada lampu yang menghasilkan cahaya
menyebar seperti par atau fresnel pada panggung yang berukuran kecil. Panggung
kecil memiliki areal yang terbatas sehingga penyinaran yang dilakukan dengan
menggunakan lampu berkekuatan besar menghasilkan cahaya melebihi area
penyinaran. Untuk membatasi aliran cahaya tersebut barndoor sangat
efektif difungsikan.
3. Iris
Iris
adalah piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar
cahaya yang dihasilkan oleh lampu. Dengan sebuah gagang kecil yang tersedia,
ukuran lingkaran bisa disesuaikan (GB.239).
Piranti
yang terbuat dari metal ini sangat mudah untuk dipasang dan dicopot. Dipasang
di depan shutter. Iris biasanya dipasang pada lampu profile (ERS). Dengan
bantuan iris, seorang penata lampu dapat menyesuaikan ukuran lingkar area
penyinaran yang tepat sehingga aliran cahaya tidak bocor ke area lain.
4. Donut
Donut
(donat) adalah pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketazaman lingkar
sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu spot (Gb.240). Donat juga membantu
memperjelas pola atau motif gambar cahaya yang hendak dihasilkan dengan
menghilangkan pendar cahaya yang tidak diperlukan. Garis cahaya semakin jelas
dan bentuk sinar cahaya benar-benar sirkuler.
5. Gobo
Gobo
adalah pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu (Gb.241).
Jika pelat ini dipasang pada lampu dan diproyeksikan maka cahaya akan membentuk
pola seperti yang tergambar pada gobo tersebut. Untuk memasang gobo diperlukan
bingkai atau tempat khusus yang disebut gobo holder.
Motif
atau pola gambar pada gobo bermacam-macam. Piranti ini digunakan untuk
memproyeksikan pola cahaya tertentu yang menimbulkan efek imajinasi darimana asal
cahaya atau karena apa cahaya itu terbentuk. Misalnya pola dalam gambar 241 di
atas jika disorotkan ke panggung maka akan memberikan imajinasi, bahwa cahaya
tersebut berasal dari sebuah jendela. Pada pola tertentu lainnya jika
diproyeksikan ke siklorama akan memberikan efek imajinasi yang mengagumkan,
seperti awan berserakan, daun-daun, pepohonan, gambar bangunan, dan lain
sebagainya. Penggunaan gobo sangat membantu untuk memberikan efek atau lukisan
cahaya.
6. Snoot
Snoot
atau sering juga disebut top hat adalah piranti yang digunakan untuk mengurangi
tumpahan cahaya. Dengan dipasang pada bagian depan lampu maka snoot akan
memperpanjang ukuran lampu dan mempersempit sudut sinar cahaya yang
dihasilkan.
7. Dimmer dan Kontrol
Untuk
mengkontrol intensitas cahaya dan mengatur perubahan cahaya dalam intensitas
tertentu dibutuhkan alat yang disebut dimmer. Secara sederhana sumber listrik
dialirkan ke sebuah dimmer untuk mengalirkan arus listrik ke lampu (Gb.244). Dimmer
dapat mengubah intensitas cahaya dari rendah ke tinggi atau sebaliknya dengan
mengatur panas (temperatur) yang mengalir ke filamen bohlam.
Untuk
kepentingan panggung tidak mungkin menggunakan satu dimmer untuk satu lampu.
Hal ini akan memerlukan proses lama dalam pemasangannya. Oleh karena itu dimmer
untuk lampu panggung dibuat satu unit yang dapat menampung banyak lampu dan
disebut dengan dimmer rack. Terdapat banyak jenis, ukuran dan kekuatan dimmer
rack (Gb.245). Ada dimmer rack berukuran besar dan berat yang dipasang secara
permanen di dalam sebuah gedung pertunjukan tetapi ada juga dimmer rack yang dirancang
khusus untuk pentas keliling sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Dengan
bantuan dimmer, operasional dan pengendalian intensitas cahaya lampu menjadi
mudah. Meskipun demikian dalam sebuah dimmer rack yang memiliki banyak channel
tidak menyediakan tombol atau alat pengendali intensiatas yang mudah diakses.
Dalam dimmer generasi lama disediakan gagang pengendali intensitas, tetapi hal
ini membuat ukuran dimmer menjadi besar. Dimmer modern tidak menyediakan
pengendali tersebut selain sebuah tombol kecil pada masing-masing channel.
Untuk membantu tugas pengendalian intensitas dibutuhkan remote control (pengendali
jarak jauh). Kontrol jarak jauh ini berupa papan atau meja yang menyediakan
tombol atau bilah pengendali intensitas atau lever yang dihubungkan ke dimmer.
Jadi, ia mengambil alih fungsi pengendali pada dimmer. Dengan demikian,
rangkaian sederhana jika digambarkan adalah sumber listrik menyediakan energi
yang dialirkan ke dimmer (power in) kemudian dialirkan keluar ke lampu (circuit
out) dan fungsi pengendali dialirkan ke remote control.
Remote
control atau pengendali jarak jauh sering disebut dengan control desk (meja
pengendali) karena harus diletakkan di atas meja untuk menggunakannya. Ukuran
dan jenisnya bermacam-macam. Ada yang dioperasikan secara manual ada juga yang
sudah menggunakan komputer sehingga bisa diprogram untuk mengendalikan
intensitas secara otomatis.
Dalam
satu remote control terdapat bilah pengendali (lever) dan master lever yang
berfungsi sebagai pusat suplai besaran energi yang dikeluarkan. Masing-masing
lever memiliki ukuran atau besaran yang dapat dijadikan acuan untuk menaikkan
atau menurunkan intensitas cahaya. Jika master lever diatur pada posisi 50
persen (angka 5) maka intensitas cahaya yang dapat dikeluarkan oleh
masing-masing lever maksimal hanya 50 persen. Jika master lever diatur pada
posisi 0 maka lampu tidak akan menyala meskipun lever dinaikkan sampai 100
Dengan
mengatur angka pada master dan lever maka akan didapatkan intensitas cahaya
yang dinginkan. Tabel di bawah ini dapat digunakan sebagai patokan untuk
mengatur intensitas cahaya.
Ukuran
intensitas yang dihasilkan dalam tabel ini hanyalah ukuran untuk satu atau
beberapa lampu sejenis. Ukuran intensitas bisa berubah jika lampu menggunakan
filter warna. Warna-warna yang gelap akan mengurangi intensitas cahaya yang
dihasilkan. Dengan demikian, pengaturan intensitas cahaya untuk menghasilkan
keseimbangan perlu memperhatikan jenis dan kekuatan lampu serta penggunaan filter
warna.
Penjelasan
di atas masih menyangkut remote control atau control desk yang menggunakan satu
set lever dan satu master. Jika jumlah lampu yang digunakan sedikit tidaklah
masalah tetapi lampu panggung biasanya jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Satu
meja kontrol dengan satu master dan satu set lever tidaklah cukup. Selain itu
pemindahan intensitas lampu satu ke lampu lain sangatlah rumit jika hanya
menggunakan satu set lever karena tangan pengendali harus menaikkan atau
menurunkan masing-masing lever dalam waktu yang hampir bersamaan. Untuk
mengatasi hal tersebut perangkat meja kontrol biasanya memiliki dua master atau
lebih, lengkap dengan lever-nya. Dengan meja kontrol seperti ini, pengendalian
lampu dapat dilakukan melalui proses preset.
Preset
adalah mengatur posisi lever pada angka (intensitas) tertentu sementara master
dalam keadaan 0. Sehingga ketika nanti dibutuhkan tinggal menaikkan angka
master. Lampu yang berada dalam deret lever akan menyala dengan intensitas
sesuai angka pada masingmasing lever. Preset ini bisa dilakukan jika master
dan baris (set) lever
lebih
dari satu. Dalam gambar di atas diperlihatkan dua set lever dan master, bagian
atas “A” dan bagian bawah “B”. Ketika bagian “A” sedang dimainkan pada posisi
tertentu, bagian “B” bisa digunakan untuk mengatur preset. Dengan menurunkan
master “B” pada angka 0 maka lever dapat diatur pada angka tertentu sesuai
kebutuhan. Hal ini tidak akan menyebabkan lampu menyala karena level master
diturunkan ke angka 0. Ketika lampu pada deret lever “A” selesai dimainkan dan
hendak diganti, maka master “B” yang lever-nya telah dipreset dinaikkan dan
master “A” diturunkan ke angka 0. Ketika master “B” dimainkan maka lever pada
“A” dapat dipreset untuk pencahayaan berikutnya. Dengan mengatur preset maka
efisiensi pengendalian lampu dapat dioptimalkan.
5. Warna Cahaya
Setelah
mengetahui secara teknis dasar pemasangan dan pengoperasian lampu maka langkah
berikutnya adalah mengenai warna cahaya. Warna cahaya sangat berpengaruh pada
suasana panggung. Dalam pertunjukan teater realis yang meniru warna cahaya
matahari maka harus benar-benar dibedakan antara warna matahari di saat fajar,
pagi, siang, dan sore hari. Kesalahan pemilihan warna dapat berakibat fatal
berkaitan dengan latar waktu kejadian peristiwa. Misalnya, seorang pemain
mengucapkan kalimat, “Pada saat fajar menyingsing ini, aku bulatkan tekadku!”,
sementara warna cahaya yang ditampilkan adalah putih terang. Hal ini akan
menimbulkan keanehan karena matahari pada fajar hari berwarna semburat
kemerahan dan bukan putih terang.
Untuk menghindari hal tersebut perlu diteliti pemilihan
warna cahaya yang tepat sesuai dengan suasana yang dikehendaki. Warna dasar
cahaya berbeda dengan warna dasar cat atau pewarna lain. Jika cat memiliki
warna dasar merah, kuning, dan biru maka cahaya memiliki warna dasar merah,
kuning, dan hijau. Warna sekunder yang dihasilkannya pun berbeda. Merah
dicampur hijau akan menghasilkan warna kuning amber. Hijau bercampur biru
menjadi biru cyan. Biru bercampur merah menjadi magenta. Jika semua warna
dicampur maka akan berubah menjadi putih. Berbeda dengan cat, jika semua warna
dicampur akan menjadi coklat tua. Prinsip dasar warna cahaya ini perlu
diketahui untuk menghindari kesalah pemaduan warna.
a. Pencampuran Warna
Pencampuran warna cahaya dapat dilakukan dengan dua
teknik, yaitu additive mixing dan subtractive mixing. Pencampuran warna
additive adalah pecampuran warna dari dua lampu berwarna berbeda dalam satu
area.
Proses
pencampuran warna ini sangat efektif terutama untuk jenis lampu yang tidak
memiliki garis lingkar cahaya yang tegas seperti lampu fresnel. Pendar cahaya
yang mengabur pada sisi luar lingkar cahaya akan saling bertemu dan secara
gradual membentuk warna kedua. Warna yang efektif dicampur dalam teknik
additive adalah warna-warna primer yang akan menghasilkan warna sekunder.
Pencampuran warna menggunakan teknik subtractive adalah
mencampur warna dari satu sumber cahaya (lampu) melalui dua filter warna yang
berbeda.
Warna-warna
primer kurang efektif digunakan untuk teknik subtractive karena karakternya
yang terlalu kuat menyerap cahaya. Warna-warna sekunder lebih tepat untuk
teknik subtractive. Teknik subtractive ini biasanya digunakan untuk lampu
otomatis yang memiliki palet warna yang dapat berputar sehingga memungkinkan
dua warna bercampur
b. REFLEKSI WARNA
Cahaya yang menyinari sebuah permukaan akan memantul atau
menimbulkan refleksi. Di atas telah dijelaskan jenis refleksi yang dapat
ditimbulkan oleh cahaya. Pada bahasan ini akan dijelaskan refleksi warna yang
ditimbulkan setelah cahaya menyinari sebuah permukaan. Jika cahaya menyinari
sebuah permukaan berwarna maka efek refleksinya sama dengan warna yang ada pada
permukaan tersebut. Warna cahaya natural adalah putih atau biasa disebut
netral. Jika warna cahaya netral menyinari permukaan berwarna merah maka akan
menimbulkan refleksi cahaya berwarna merah.
Cahaya
putih yang menerpa permukaan berwarna merah akan memantulkan warna merah
Tetapi
jika cahaya berwarna merah matang (setelah diberi filter warna) menyinari
permukaan berwarna biru pirmer, maka tidak cahaya yang direfleksikan karena
permukaan biru hanya akan merefleksikan cahaya berwarna biru (seperti gambar di atas).
Prinsipnya
adalah menggunakan warna cahaya. Cahaya putih atau netral menurut teori warna
cahaya mengandung unsur warna merah, biru, dan hijau. Jika cahaya putih
menyinari permukaan biru maka akan merfleksikan cahaya biru karena unsur warna
merah dan hijau tidak terdapat pada permukaan yang disinari.
Dengan
memahami prinsip dasar warna cahaya maka refleksi warna cahaya bisa
diperhitungkan. Cahaya putih jika menyinari permukaan kuning amber akan
memancarkan cahaya kuning amber.
Warna
cahaya kuning amber adalah perpaduan antara warna merah dan hijau. Dengan
demikian warna yang terpantulkan oleh cahaya adalah warna merah dan hijau,
sedangkan warna biru terserap
Jika
cahaya berwarna kuning amber yang merupakan perpaduan merah dan hijau menyinari
permukaan berwarna kuning amber maka refleksi warna cahayanya adalah kuning
amber (Gb.258)
Jika
warna cahaya merah menyinari permukaan kuning amber maka refleksi warna cahaya
yang dihasilkan adalah merah karena warna kuning amber pada permukaan
mengandung warna merah (Gb.259). Jika warna cahaya biru menyinari permukaan
berwarna kuning amber maka cahaya tidak akan merefleksi karena warna kuning
amber pada permukaan tidak mengandung warna biru. Cahaya berwarna biru tidak
menghasilkan pantulan warna pada permukaan berwarna kuning amber
Karena
warna cahaya dapat menghasilkan refleksi warna pada permukaan berwarna maka
pemilihan filter warna haruslah benar-benar diperhitungkan. Jangan sampai ada
objek yang menjadi nampak sangat terang sementara objek lain jadi kabur karena
warna cahaya yang dipilih tidak tepat. Untuk mendapatkan hasil terbaik, ujicoba
penyinaran warna cahaya terhadap permukaan berwarna harus sering dilakukan. Hal
ini juga berkaitan dengan bahan dasar permukaan yang akan disinari. Ada bahan
atau cat yang mampu menyerap cahaya tetapi ada juga bahan yang justru
memantulkan cahaya berlebihan. Selalu mencoba adalah hal terbaik yang dapat
dilakukan untuk mengetahui karakter warna cahaya, bahan dan warna permukaan,
dan refleksi yang dihasilkan.
c. PENYINARAN
Prinsip
dasar penyinaran adalah membuat objek yang disinari jelas terlihat dan cahaya
tidak bocor sampai ke penonton atau bagian panggung lainnya yang tidak
memerlukan sinar. Tetapi kebutuhan adalah berdasarkan kaya panggung yang
artistik maka
penyinaran dalam panggung juga harus mampu menghadirkan efek artistik yang
dikehendaki. Dengan mengatur sudut penyinaran efek-efek artistik
bisa dimunculkan. Dalam satu cerita atau adegan terkadang membutuhkan
pencahayaan tertentu yang tidak hanya asal terang. Misalnya, untuk menghadirkan
seorang tokoh misterius dibutuhkan penampakkan siluet, maka lampu harus diatur
sedemikian rupa sehingga menghasilkan siluet tokoh tersebut. Dengan mencoba
pengaturan sudut datangnya cahaya, maka efek tertentu akan didapatkan
Lampu
yang diarahkan langsung ke wajah aktor akan menghasilkan efek flat atau datar.Lampu
yang datang dari arah depan dengan intensitas tinggi akan menghapus bayangan
pada bagian muka. Tidak ada bayangan pada cekung mata yang mengindikasikan
kedalaman. Tidak ada bayangan pada bagian pipi yang memisahkannya dari leher.
Tidak ada bayangan pada hidung yang menunjukkan volume. Oleh karena tidak ada
bayangan sama sekali, maka wajah aktor nampak datar. Meski demikian,
pengambilan dengan sudut seperti ini terkadang dibutuhkan untuk memberi efek
cahaya berlebih sehingga orang tersebut nampak bersinar (seperti
gambar berikut).
Lampu yang datang 45 derajat dari atas akan memberikan
bayangan pada bagian wajah sehingga efek tiga dimensinya terlihat. Dengan sudut
pengambilan seperti ini penonton paling tidak bisa menyaksikan lekuk-lekuk
wajah sang aktor. Untuk penampakan karakter dengan ketegasan lekuk wajah
pengambilan dari sudut ini bisa
Lampu yang datang tepat dari arah atas akan menghasilkan
cahaya yang mengalir lurus ke bawah. Wajah aktor mendapatkan sangat sedikit
sinar yang memendar dari atas kepalanya. Meskipun wajah hanya sedikit
tersinari tetapi efek dramatis bisa dimunculkan. Dengan lampu yang datang tepat
dari arah atas maka tidak ada bayangan disekitar aktor.
Lampu yang diletakkan di bagian bawah akan menimbulkan
bayangan terbalik secara penuh pada bagian-bagian wajah (Gb.264). Bayangan pada
mata akan berubah terang. Efek terang pada tulang pipi dan hindung akan berubah
jadi gelap. Sudut pengambilan ini dapat menciptakan efek dramatik pada wajah
aktor. Karena posisi bayangan yang terbalik tersebut membuat wajah aktor nampak
lain bahkan nampak menyeramkan.
Lampu yang datang dari arah samping baik kanan atau kiri
akan menampakkan bagian samping tubuh dan menutupi samping tubuh yang lain.
Dengan sudut pengambilan ini, garis tubuh aktor akan nampak jelas. Lampu
samping sering digunakan untuk pertunjukan tari atau teater gerak yang
memang menonjolkan lekuk garis tubuh pemainnya.
Lampu yang datang dari arah belakang atas akan memberikan
hasil yang berlawanan dengan lampu atas 45 derajat. Selain akan menerangi
bagian kepala, cahaya juga akan menyinari rambut dan bahu aktor. Pengambilan
sudut ini akan memberikan efek pemisahan antara aktor dan background. Garis
cahaya yang nampak pada rambut, dan bahu akan memberikan kesan tiga dimensi
sehingga aktor terlihat tidak menempel pada background. Banyak sudut di antara
sudut pengambilan di atas yang bisa dicobakan. Tetapi pengambilan sudut harus
mempertimbangakn efek yang ingin dicapai sehingga hasilnya benar-benar seperti
apa yang diharapkan.
· Penyinaran Aktor
Guna menyinari aktor yang mengahadap ke penonton ada
teknik dasar yang bisa diterapkan. Selain kejelasan pencahayaan juga harus
mampu menampilkan dimensi. Untuk hasil termudah letakkan dua lampu dengan arah
atas 450 (derajat) pada masing-masing sisi dimana aktor berdiri
(Gb.267). Karena sinar cahaya lebih lebar daripada tubuh aktor maka ia bisa
bergerak di seputar lingkar cahaya dengan tetap tersinari. Kedua posisi lampu
akan membentuk sudut 900 (derajat) sehingga lingkar cahaya yang
dihasilkan akan mampu menyinari area yang cukup bagi aktor untuk
bergerak.
Luas ruang penyinaran yang diciptakan oleh dua lampu dan
memberikan cukup cahaya untuk aktor ini disebut area. Ukuran area ini bisa
disesuaikan dengan menggunakan lampu. Jika jarak pengambilan jauh maka area pun
akan membersar demikian juga ketika lingkar cahaya pada lampu spot diperbesar
maka cakupan sinarnya pun akan membesar. Penyinaran aktor dengan dua lampu ini
menjadi teknik dasar yang dapat diterapkan secara umum pada panggung
pertunjukan. Karena masing-masing panggung memiliki ukuran luas dan karakter
yang berbeda maka peletakan lampu pun harus menyesuaikan. Oleh karena itu,
sudut pengambilan dengan dua lampu ini pun perlu dicobakan.
Ada panggung yang menyediakan baris bar yang memungkinkan
pengambilan dengan sudut 450, tetapi ada juga panggung yang tidak
memiliki baris bar yang memungkinkan pengambilan sudut 450. Jika
terjadi hal semacam ini maka sudut pengambilan pun bisa berubah tetapi prinsip
penyinaran aktor dengan dua lampu tetap dilaksanakan.
· Penyinaran area
Prinsip dasar penyinaran aktor dengan dua lampu bisa
diterapkan untuk penyinaran area. Panggung pertunjukan secara umum dibagi
menjadi 9 area permainan. Dengan menerapkan prinsip di atas maka masing-masing
area disinari oleh minimal dua lampu yang diambil dari sudut 450 pada
masing-masing sisinya. Karena ukuran panggung yang berbeda-beda maka jarak
pengambilan antara lampu dan area yang akan disinari perlu
dipertimbangkan.
Pertimbangan mendasar yang perlu diperhatikan adalah luas
area yang hendak disinari. Hal ini berkaitan dengan luas lingkar cahaya optimal
yang bisa dipenuhi oleh masing-masing lampu. Jika sudut pengambilan dan jarak
yang ditentukan kurang tepat atau berada di luar jangkauan maksimal lampu maka pendar cahaya
yang dihasilkan kabur sehingga tidak bisa memberikan kecukupan cahaya
Beberapa
penerangan buatan berwarna yang memberikan efek khusus:
· Cahaya biru
Membantu
manusia untuk tidur serta menenangkan pikiran. Lampu ini baik diterapkan di
ruang tidur untuk terapi insomnia serta menenangkan anak – anak yang hiperaktif
· Cahaya hijau
Memberikan efek yang sanagt baik pada saat kelopak mata dalam keadaan tertutup.
Lampu hijau ini ideal untuk relaksasi dan menyeimbangkan emosi. Penggunaan
lampu ini di kamar mandi berendam akan memaksimalkan relaksasi
· Cahaya orange
Mengurangi depresi dan meningkatkan mood manusia. Lampu orange di ruang duduk
menciptakan suasana hangat dan komunikasi yang memiliki atmosfer bersahabat.
Lampu orange juga meningkatkan selera di ruang makan.
· Cahaya merah muda
Menciptakan suasana romantis dan hangat. Penggunaan lampu ini juga ideal untuk
ruang tidur yang romantis atau untuk terapi rasa kesepian, tidak dicintai, atau
sedih
· Cahaya merah
Gelombang cahaya merah akan meningkatkan agresivitas manusia sekaligus
memberikan kesan eksotis. Anda dapat menggunakan bohlam lampu merah untuk lampu
meja di sisi tempat tidur. Cahaya merah juga berfungsi menghangatkan ruang yang
dingin
· Cahaya ungu
Sangat baik untuk terapi mental seperti perilaku obsesif dan neurosis. Dalam
otak, sinar ini merangsang otak untuk memproduksi endorphin dalam otak yang menenangkan
dan meningkatkan mood manusia. Warna lampu ini sangat membantu proses meditasi,
tetapi sebaiknya digunakan dalam jangka waktu pendek. Cahaya ungu merupakan
spectrum warna dari sinar matahari yang masuk ke dalam rumah.
Kita
semua paham bahwa cahaya adalah sahabat yang harus betul-betul dimengerti oleh
setiap fotografer, tidak meng-enakan memang jika bersahabat hanya harus
mengerti tanpa bisa dimengerti he he he, tapi jangan salah, sekali kita
mengerti sahabat kita yang satu ini, dia akan memberikan hasil yang mampu
membuat kita terkagum-kagum, betapa indahnya foto yang telah kita buat.
Berbicara tentang cahaya (outdoor) tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu:
warna cahaya, intensitas cahaya dan arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah
lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini kepada pengaruh ketiga hal itu untuk
pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan, seperti
reflector, screen atau lampu. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk pemotretan
landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun
prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir
penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang dihasilkan
olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. Memanfaatkanya berarti bagaimana kita
memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang tepat
relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang kita
inginkan atau imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan.
Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang
cahaya sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya
tersebut, pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan
meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera sedangkan pada siang
hari, cahaya matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. Kondisi ini bisa digambarkan pada skema warna cahaya
di bawah ini:
Dari skema tersebut jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu
hari, warna Fajar berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas
horizon, antara jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara
jam 6 sampai jam 8, warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8
sampai jam 10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14.
Lalu warna kembali berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kira-kira
sama ke arah malam hari lagi. beberapa contoh gambar berikut mungkin bisa
memperkuat perbedaan warna cahaya yang terjadi pada rentang waktu
tersebut.
Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya,
semakin tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi
ini akan membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject
yang menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan
(Shadow) akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras
bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka
akan semakin lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan
shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight
maka akan semakin riskan gambar kita, karena salah satu di antaranya, entah itu
highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung
dengan dynamic range kamera yang kita gunakan.
Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan langsung terkena
sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa
menghasilkan gambar yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau
dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap juga
sehingga cahaya matahri tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan
menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat
cahaya menjadi sangat lembut yang merata namun gambar akan terasa datar/flat.
Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai
subjek gambar, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sina
matahari. Arah cahaya sangat berhubngan dengan intensitas cahaya karena pada
cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa menempatkan subject secara langsung
terhadap sinar matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada
bagian entah itu shadow atau highlight yang dikorbankan.
MEMANFAATKAN SUMBER CAHAYA MATAHARI SEBAGAI MAIN LIGHT UNTUK PORTRAIT.
Setelah mengetahui karakter cahaya tersebut, maka langkah selanjutnya adalah
memanfaatkannya untuk membentuk light pattern (efek pencahayaan) untuk
pemotretan orang (portraiture), Light pattern hanya akan tercipta jika ada
cahaya utama yang mengarah langsung ke subject. Cahaya yang rata akibat kondisi
berawan seperti gambar 6, tidak akan menghasilkan light pattern. kalau
dipersingkat maka formulanya akan seperti ini: Light pattern bisa tercipta jika
rasio Highlight/Shadow 1:2 atau lebih. kondisi flat berarti rasionya 1:1.
Seperti yang kita ketahui, dalam pengambilan gambar orang untuk out door
ada beberapa jenis efek pencahayaan, yang dibagi berdasarkan arah jatuhnya
cahaya yang membentuk bayangan pada wajah, yaitu:
a. Loop lighting, cirinya adalah terjadinya bayangan hidung yang
jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi, jenis pencahayaan
ini dapat digunakan pada wanita maupun pria. Catatan: Untuk anak-anak pria dan
wanita tidak menjadi soal.
Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 45-50
derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari
kira-kira sudah lewat kepala.
Pada gambar 9/9A, bayangan terbentuk halus akibat cahaya yang mengenainya tidak
terlalu keras, tapi masih bisa kita lihat bayangan hidung jatuh di atas bibir
dan tidak menyatu dengan bayangan pipi. Pada gambar 10, kondisi bayangan
terlihat lebih tegas karena cahaya yang mengenainya lebih keras dari gambar
sebelumnya.
b. Rembrant lighting, cirinya adalah bayangan membentuk segitiga di
bawah satu mata, jenis pencahayaan ini lebih sering digunakan pada pria karena
bisa memberikan kesan maskulin dan sedikit misterius. Efek pencahayaan ini bisa
di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 60-70 derajat dari arah datangnya
matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala.
c. Split lighting, cirinya adalah sebagian wajah berada dalam
bayangan yang membelah wajah tepat di tengah, jenis pencahayaan ini biasanya
digunakan pada pria atau untuk mendapatkan efek dramatis. Efek pencahayaan ini
bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 90 derajat dari arah datangnya
matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala.
d. Butterfly lighting atau sering juga di sebut
glamour atau kadang dikenal dengan Hollywood light pattern, pencahayaan ini
membentuk bayangan sebeperti kupu-kupu di bawah hidung, biasanya digunakan
untuk wanita dengan makeup yang sudah sempurna, artinya contour muka didapat
dari penggunaan makeup dan bukan dari lighting. Untuk mendapatkan efek ini,
posisikan subject berhadapan dengan matahari saat matahari berada di atas
kepala.
e. Back Lighting, memberikan pencahayaan dari
belakang hingga batas bagian belakang menjadi berkilau, back lighting biasanya
digunakan untuk memisahkan subjek dengan Back Ground. Semakin rendah intensitas
cahayanya maka akan semakin seimbang exposure yang terjadi antara BH dengan
subjectnya.
PRAKTEK TATA CAHAYA
Proses kerja penataan cahaya dalam suatu pementasan
membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari
atau dua hari menjelang pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi
tata cahaya tidak hanya sekedar menerangi panggung pertunjukan. Kehadiran
tata cahaya sangat membantu dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah
pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja tata cahayanya yang hebat. Untuk
hasil yang terbaik, penata cahaya perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari
menerima naskah sampai pementasan.